PENGUASA MONARKI
dari
KLAN CALORE
Buku-buku sejarah belum menyinggung tentang dirimu, tapi kurasa kau tidak akan keberatan.
—J. J.
C A E S A R I
1 Januari 0 – 3 Oktober 37 EB
Saking berdedikasinya terhadap citra, bangsa, dan dinasti barunya, Alexandrus Caesar Calore baru menobatkan diri pada tengah malam pergantian tahun, dua bulan setelah menaklukkan Norta. Dia menyatakan bahwa masa pemerintahannya mengawali zaman baru. Dengan demikian, awal penanggalan Norta bersamaan dengan saat ketika mahkota menyentuh kepala seorang Calore. Meskipun pada dasarnya adalah prajurit, Raja Caesar merupakan diplomat ulung. Dia menikahkan anak perempuannya Juliana dengan Adipangeran Piedmont, alhasil meneken aliansi jangka panjang untuk melindungi perbatasan selatan Norta. Raja Caesar sekaligus menciptakan seremoni Pemilihan Ratu. Terkecuali pada keadaan-keadaan luar biasa atau ketika menikah dengan orang luar kerajaan, putra mahkota Calore yang mana saja wajib menikahi orang paling perkasa yang mengajukan diri sebagai calon pasangannya. Raja Caesar juga mendirikan ibu kota baru di Archeon, membangun Istana Api Putih dan markas pemerintahan Norta. Sang raja wafat karena “kecelakaan” saat duel, jantungnya tertusuk. Pedang latihan tumpul milik lawannya telah diganti dengan bilah tajam. Menurut legenda, kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Raja Caesar adalah “Fyrias,” nama putra bungsunya, yang meninggal dalam bentrokan di perbatasan Lahan Sengketa. Selepas penyelidikan, lawan duelnya dieksekusi, tetapi para sejarawan memperkirakan bahwa otak di balik pembunuhan Caesar adalah putranya sendiri.
C A E S A R I O N
3 Oktober 37 – 20 Juli 44 EB
Ternyata sulit mengikuti jejak seorang ayah yang hebat. Caesarion tumbuh besar praktis tanpa pengetahuan mengenai perang dan dengan secuil saja keterampilan militer jika dibandingkan dengan ayahnya. Dia lebih sibuk berkutat dengan pernak-pernik mewah monarki dan mulai membangun istana musim panas: Balairung Matahari. Sebelum istana itu rampung, dia meninggal di laut ketika kapal pesiarnya karam di lepas pantai Kepulauan Bahrn. Menurut para saksi, sang raja tenggelam karena keberatan batu-batu permata dan mahkota yang dia kenakan, sekalipun ada pula laporan bahwa dia dimakan hiu. Meski mungkin saja kapalnya tenggelam karena siasat orang-orang yang setia terhadap ayahnya, almarhum raja yang dibunuh.
J U L I A S I
20 Juli 44 – 1 Agustus 60 EB
Kontras sekali dengan ayahnya, Julias adalah seorang prajurit tulen. Malahan, dia kelewatan dalam kiprahnya sebagai prajurit. Dia kerap berkelahi dengan para bangsawan di utara, di Kerajaan Lakelands. Anak sulung sekaligus putra mahkotanya, Julias, meninggal dalam bentrokan dengan Lakelands pada usia tujuh belas tahun. Kematian putranya mendatangkan duka mendalam bagi sang ayah dan dia wafat tanpa ribut-ribut, setelah menolak pengobatan dari penyembuh kulit untuk penyakitnya.
T I B E R I A S A G U N G
1 Agustus 60–10 November 105 EB
Cicit Caesar Calore dianggap sebagai penerus sejatinya dan masih merupakan penguasa yang bertakhta paling lama sepanjang sejarah dinasti Calore. Selama 45 tahun masa kekuasaannya, Tiberias I merampungkan Balairung Matahari, mempererat hubungan dengan Lakelands di utara, dan memperluas perbatasan Norta sehingga seluruh Retakan menjadi bagian dari wilayahnya. Sebagian negeri Samos masih menentang kekuasaan Calore, maka Tiberias turun tangan sendiri untuk memimpin pasukan ke perbukitan Retakan. Para Samos pemberontak yang tersisa ditundukkan dan, bertentangan dengan saran dewan penasihatnya, Tiberias tidak membinasakan dinasti Samos, melainkan mengampuni mereka asalkan mereka bersumpah setia dan menyerahkan lahan kekuasaan mereka. Pemerintahan Retakan diserahkan kepada Klan Laris, sekalipun Klan Samos tetap menjadi salah satu keluarga paling kuat di kerajaan. Raja Tiberias juga memelopori penggunaan kota teknologi, mendirikan sejumlah sentra sejenis di sepenjuru Norta. Berabad-abad kerajaan Perak akan menuai buah dari benih yang ditanam pada masa pemerintahannya, kian lama kian kuat dari segi ekonomi dan teknologi. Setelah bertahun-tahun belum memiliki keturunan, Tiberias I menceraikan istrinya yang berasal dari Norta untuk menikahi seorang putri dari Lakelands, yang melahirkan tiga anaknya. Dia meninggal dengan damai selagi tidur.
T I B E R I A S I I
1 Agustus 105 – 30 Mei 107 EB