BROKENLIGHT

Lia Tjokro
Chapter #16

BAB 15: "APAKAH KAMU ADALAH . . . ?"

Lucas begitu tinggi tegap saat berdiri satu lengan di hadapannya. Ia tidak pernah benar-benar menyadari tinggi tubuh pemuda itu sampai saat ini, saat kepalanya hanya mencapai leher pemuda itu, memaksanya untuk sedikit mendongak sebelum bisa menatap paras Lucas. Paras yang sebenarnya ganteng walau begitu sedih.

“Lucas, siapa dirimu? Apakah kamu … kamu adalah …?” Nadine menelan ludah, tidak kuasa melanjutkan kalimatnya, karena itu bertentangan dengan apa yang ia percayai. “Apakah kamu adalah seorang malaikat?” namun rasa ingin tahunya mengalahkan segalanya, dan pertanyaan itu ia selesaikan.

Lucas berkedip, bibirnya perlahan bergerak, walau tiada kata yang keluar. Kepalanya perlahan tertunduk dalam, dan Nadine melihat sebuah gelengan yang pelan namun pasti.

Lucas bukan malaikat. 

Tentu saja. Malaikat tidak ada. Aku hanya bermimpi! dalam hati Nadine memarahi dirinya sendiri.

“Maaf, aku … aku bermimpi aneh, dan aku tidak bisa meyakinkan diriku sendiri kalau semua hanya mimpi. Baiklah. Kurasa … kurasa aku baiknya segera kembali ke kamarku,” Nadine menghela napas dalam kecanggungan yang begitu mengharubiru. Ia menenangkan dirinya, dan berbalik untuk bersiap kembali ke kamarnya. Ada rasa malu yang menyusup di hatinya. Ia yang pernah mengatakan pada Lucas kalau ia tidak percaya malaikat, dan barusan ia pula yang menanyakan apakah Lucas malaikat. Lucas pasti berpikir ia gadis aneh.

Tiba-tiba, Lucas meraih tangan gadis itu. Nadine tersentak dan berbalik. Lucas menggenggam tangan kanannya erat. Antara kaget dan bingung, Nadine membiarkan mata biru itu menyelidiknya, dan hangat tangan Lucas yang entah mengapa begitu menenangkannya. 

“Lucas?” bisik Nadine sambil mendekat. Entah mengapa ia tidak merasa perlu untuk melepaskan tangannya, dan Lucas mengeratkan genggaman tangannya. Pemuda itu menunjukkan ekspresi sedikit bingung, matanya membesar, lalu ia memalingkan wajahnya.

“Lucas? Kau dengar aku? Genggam tanganku, dan katakan apa yang mau kau katakan. Kau tidak pernah berkata apapun, pasti banyak yang berseliweran di kepalamu. Bukan begitu?” bisik Nadine. “Apakah Tom, ayahmu, memperlakukanmu dengan buruk? Maksudku … aku perhatikan … ayahmu kadang sangat lucu, tapi bisa berubah dengan sangat cepat. Apakah kau sedih karena itu? Apa itu yang ingin kau katakan?” lanjut Nadine, memberanikan diri mengambil asumsi sendiri.

Lucas tidak bergerak, dan perlahan menatap Nadine lagi. Genggaman tangannya di tangan Nadine lepas.

Pergilah, Nadine. Tempat ini bukan untukmu. Ada hal-hal yang bukan untuk kau lihat. Suara seorang pria, dalam dan berwibawa, terngiang di telinga Nadine seolah seseorang sedang berbisik padanya.

Lucas berjalan menjauh, cahaya bulan masih menyinari punggungnya, dan Nadine ternganga dalam bingungnya. Siapa yang barusan membisikkan pesan itu di telinganya? Lucas-kah? Telepati? Nadine menghela napas, sungguh-sungguh tidak sanggup mengerti apa yang barusan terjadi.

Lihat selengkapnya