Bukit Rock Edge bermandikan cahaya mentari yang lembut membelai. Suhu udara juga sejuk nyaman untuk ukuran musim gugur. Keputusan pemerintah kota untuk membuka kembali Bukit Rock Edge mulai minggu ini tampaknya memang tepat karena cuaca bagus seperti yang diprakirakan.
Pemerintah sudah mengirim petugas taman untuk membersihkan rumput ilalang yang tumbuh liar, sekaligus juga merapikan jalan setapak menuju bukit itu. Petugas-petugas itu sudah sibuk berhari-hari untuk memastikan kalau dataran rumput bukit ini siap untuk dikunjungi masyarakat umum.
Nadine berjalan pelan di samping Tess, membantu Tess membawa sekantung besar kudapan. Keripik kentang berbagai rasa, popcorn karamel, dan kacang goreng. Jalan setapak yang menanjak cukup membuat gadis itu berkeringat karena ia juga membawa tas punggungnya, berisikan kamera, telpon, buku notes, dan jaket ekstra kalau-kalau cuaca berubah.
Tess berjalan di sampingnya, embusan napasnya yang terengah terdengar jelas, membawa dua payung besar di tangan kanannya untuk jaga-jaga kalau hujan turun, sementara tangan kirinya menggamit Nadine. Tom berlari-lari kecil ke atas duluan, di ketiaknya pria itu mengepit sebuah keranjang rotan kecil bertutup. Nadine menduga isinya adalah mainan-mainan semacam kartu atau ular tangga.
Lucas berjalan dalam hening beberapa langkah di belakang mereka. Tess menugaskannya untuk mengangkat keranjang piknik mereka. Keranjang anyaman rotan berukuran besar itu berisi berbagai peralatan makan, makanan dan beberapa botol minuman yang sudah disiapkan Tess dari semalam. Lucas tidak berbicara tentu saja, tapi ia menuruti semua keinginan Tess. Ia berjalan tegap dan keranjang berat itu tampaknya sungguh bukan masalah untuk ia angkat.
Nadine berjalan dengan pikiran yang mengawang ke mana-mana. Papa mengatakan ia akan menyusul mereka sebelum jam makan siang. Ia berharap Papa benar-benar akan datang.
Kelompok demi kelompok orang-orang berjalan mendahului mereka, celoteh riang dan gumaman-gumaman terdengar dari mereka. Beberapa dari mereka juga membawa bayi dalam gendongan, atau anak-anak kecil dalam tuntunan tangan mereka. Lalu ada juga anjing-anjing peliharaan yang dibawa keluarga mereka berlarian, mengendus-endus tanaman dan pohon di tepian setapak, membuat suasana semakin riuh.
Kota Roseville yang kecil sepi tampaknya memang butuh tempat rekreasi baru, dan dibukanya bukit ini di tengah cuaca yang bagus cukup berhasil menjadi magnet bagi warga-warganya untuk berkunjung ke sini.
Nadine menoleh ke belakang, mencari Lucas. Lucas berbalas tatap dengannya, lalu memalingkan mukanya. Nadine menyadari pemuda itu tampak awas dan tegang, mata birunya mengamati sekeliling dengan hati-hati, lalu mencari-cari ke depan, ke arah Tom yang berlari kecil di depan mereka. Lalu mata itu lekat di Tom.
“Aku sampai duluan! Nomor satu!” Tom berjingkrak ketika ia tiba di mulut dataran rumput bukit.
Tess melepas gamitannya di lengan Nadine, melambai-lambai ke arah Tom sambil tergelak riang, dan mempercepat langkahnya menyusul Tom.
Nadine menghentikan langkahnya, tak kuasa menahan senyum melihat kegembiraan Tess, walau ia tetap merasa Tom unik dalam segala gelagatnya, dan kejadian malam itu yang membuatnya begitu takut pada Tom masih membekas dalam benaknya. Ia menghela napas, membetulkan posisi tas punggungnya, dan Lucas kini berdiri di sampingnya.
“Cobalah tersenyum hari ini, Lucas. Ada banyak kegembiraan di sini hari ini,” Nadine menoleh, berbisik sambil tersenyum kecil ke arah Lucas, mencoba memecah kekakuan di antara mereka.
Ia mencoba menekan sejauh-jauhnya ke alam bawah sadarnya segala keanehan yang ia amati dalam diri Lucas. Semua itu mungkin hanya dirinya yang terlalu banyak berpikir, terlalu sensitif karena segala kesedihannya sendiri. Hari ini Nadine ingin mencoba menikmati hari. Papa akan datang, ia yakin itu.
Lucas menghela napas, lalu menoleh ke arahnya. Kesedihan yang intens merambat lagi ke Nadine. Nadine memejamkan matanya, mencoba untuk tidak bersirobok dengan Lucas.