Mahasiswa di gazebo heboh dengan pendaftaran sidang. Sebagian mahasiswa sudah mendapatkan ACC untuk mengikuti sidang dua minggu lagi. Peraturan di fakultas ini, skripsi yang sudah layak sidang harus dikumpulkan dua minggu sebelum terlaksana sidang. Btari hanya memiliki waktu 2 hari untuk bisa mendapatkan kepastian sidang.
Hingga hari terakhir daftar sidang, kelima teman Btari sudah mendapat ACC untuk sidang skripsi dua minggu lagi. Sedangkan Btari masih digantung Bu Neri. Di ruang prodi tersebut Btari membawa hasil skripsinya.
"Ini masih ada yang kurang," ucap Bu Neri sambil menyoret tumpukan kertas hasil pikiran Btari.
Btari menghela napas melihat adegan di depannya. Ini sudah memasuki waktu duhur, waktu Btari hanya sisa hitungan jam untuk mengumpulkan hasil skripsinya ke ruang akademik.
"Ini harus penelitian lagi," ucapan Bu Neri semakin membuat Btari kacau.
"Bu, saya bisa lulus semester ini kan?" Btari langsung bertanya tanpa sungkan.
"Ya bisa kalau sudah lengkap, ini masih belum lengkap," jelas Bu Neri lagi.
Btari menundukkan kepala, ia berusaha menyembunyikan air mata yang sudah menetes.
"Hmmmm, informannya kurang, ini masih 7, kalau bisa 11 orang," ucap Bu Neri lagi.
Kedua mata Btari dan Bu Neri bertemu, ada rasa sesak yang menggerogoti ulu hati Btari. Harus nambah 4 informan lagi? Sedangkan ini jam berapa? Btari rasanya ingin berteriak.
"Loh, kok nangis, haduuhh jangan nangis Nduk," ucap Bu Neri lagi.
Btari semakin meneteskan air matanya. Bayangannya tidak bisa lulus semester 7 menghantui pikirannya. Bagaimana ia menjelaskan kepada kedua orang tuanya, kalau lulus ditunda semester depan? Belum lagi ia harus merepotkan Om Hendra lagi. Pikiran Btari kacau.
"Kamu kenapa sih pengen buru-buru lulus itu?" Tanya Bu Neri.
Plis, pertanyaan yang tidak sulit buat dijawab Btari. Namun ia mencegah lisannya untuk tak menjawab, "kalau nambah semester, emang ibu mau bantu biayain?"
Btari hanya diam, ia hanya bisa menangis karena merasa sia-sia untuk berusaha lulus semester 7.