Hari pelaksanaan wisuda sudah tiba. Setelah menyelamatkan revisi skripsi pasca sidang, wisuda merupakan kado terindah untuk seluruh mahasiswa. Siapa yang tidak ingin lulus atau wisuda tepat waktu?
Btari kembali bersyukur sama Om Hendra, karena dia yang menyewakan mobil untuk keluarganya. Kedua adik Btari cukup izin dari sekolah karena mau mengikuti prosesi wisuda. Sementara untuk rias wajah, Btari cukup berdandan sendiri. Modal meminjam peralatan make up, dan belajar make up dari temannya. Rasanya tidak perlu menor untuk dandan. Kiblat Btari saat wisuda ialah mahasiswa Oxford University. Cukup memakai toga, tanpa riasan menor. Karena yang penting itu ilmunya.
Halaman kampus terlihat sangat ramai. Pedagang buket bunga, buket snack, foto langsung jadi dan segala hal yang terkait properti wisuda memenuhi area tersebut.
Banyak sekali mobil pribadi yang berjejer. Selain itu bahkan ada yang membawa elf. Kemudian ada yang menggelar tikar karena mengajak keluarga besar. Membawa bekal untuk makan. Kebanyakan mereka berasal dari luar kota. Undangan wisuda maximal dua orang saja. Jadi keluarga yang lain menunggu di luar.
Btari tak mudah menjudge orang, karena dia tidak tau alasan apa yang menjadi orang lain bertindak demikian. Bisa jadi keluarga besar mereka rukun. Bahagia dengan pencapaian keluarga besar. Suport kepada keluarga dan alasan lainnya.
Mereka bukan alay, ndeso, atau kampungan. Tapi setiap orang berhak mengekspresikan kebahagian dan juga rasa syukurnya. Selagi tidak merugikan diri, kenapa harus resah dengan pencapaian orang?
Hidup singkat, tidak etis rasanya kalau terlalu ikut campur urusan orang lain.
Usai memasang toga secara lengkap, ibunya mengajak Btari ke salah satu tenda foto. Ibunya bahkan menego harga yang ada di price list. Ibunya bahkan bilang sebagai pelaris karena foto pertama kali. Btari hanya tersenyum, karena tukang foto juga tak mempermasalahkan. Malah mendoakan acaranya lancar. Btari juga bilang akan mempromosikan ke teman-temannya yang lain.