BTARI (Ambang Batas)

Tika Lestari
Chapter #8

Gelas Kosong

Masih seputar buku dan jurnal, Btari masih disibukkan dengan proyek yang diberikan Bu Neri. Ibunya bahkan sering bertanya kenapa Btari masih saja kuliah, bukannya kerja. Padahal kalau dipikir-pikir, kerja tidak harus terlihat orang kan?

Btari cukup bekerja di dalam kamar, menerima panduan yang dikirim Bu Neri via email. Kemudian Btari kerjakan, kalau sudah selesai langsung dia kirim untuk di revisi atau di ACC. Jika proyek bisa cepat selesai, bisa cepat pula dia mendapatkan honor. Orang lain mana tau? Mereka taunya Btari hanya sarjana pengangguran.

Sebenarnya tidak sepenuhnya pengangguran karena pesanan handycraft juga lancar. Hanya saja masyarakat masih suka melabeli kalau orang kerja tuh terlihat di luar rumah. Stigma masyarakat masih beranggapan, berdandan rapi, pakai heels, keluar rumah, orang itu dikatakan kerja. Sedangkan yang kerja melalui online, di dalam kamar, berdaster, tak dianggap kerja.

Sebagai orang berpikir, harus bisa membuka mata dan wawasan. Dijaman sekarang orang cari uang sangat mudah, toh bekerja sama-sama menghasilkan uang. Meskipun cara mendapatkan berbeda. Bahkan jumlah yang didapat juga jelas berbeda.

Contoh sederhana, seseorang bekerja dengan berpakaian rapi, di tempat kerja sifatya Hedon padahal gaji tidak sebanding. Dia hanya perlu pengakuan orang lain bahwa dirinya bekerja. Sementara yang kerja online dengan pakaian yang katanya tidak rapi, bisa saja omsetnya lebih dari kerapian pakaiannya. Ini bukan rahasia umum lagi, seseorang mementingkan pamor dari pada realita.

Btari jadi orang seperti itu? Tidak. Terima kasih.

Btari punya cara sendiri untuk menjalankan kehidupan dan menikmati hasil yang dia perjuangkan. Apalagi bapaknya tidak pernah menuntut dirinya. Kadang ada orang tua yang ingin anaknya segera membalas kerja keras orang tuanya. Entah memang bapak Btari terlewat bijak atau Btari yang tidak tau diri.

"Bapak menyekolahkan itu ya memang sudah tanggung jawab orang tua, pekara sekolah untuk mendapat kerja itu bonus, kalau bisa kan menciptakan lapangan kerja. Bapak cuma minta tetap jadi produktif, perempuan mandiri yang berpenghasilan. Yakin saja kalau pendidikan itu memutus rantai kemiskinan. Dalam hadis saja dijelaskan, tuntutlah ilmu lalu amalkan, bukan tuntutlah ilmu lalu bekerja," jelas bapaknya.

"Tapi Btari tidak boleh menelan mentah-mentah saran bapak. Kalau memang ada pekerjaan yang menurut Btari cocok, ya sudah Btari kerjakan. Bapak bilang begini ya karena tidak mungkin menyalahkan Btari. Nasib Btari sudah ada yang ngatur. Bapak cuma bisa ngasih saran dan dorong doa," imbuh bapaknya kembali.

Btari teramat bersyukur memiliki bapak yang sangat bijaksana. Untaian kata yang keluar dari lisan selalu meneduhkan. Seakan ada ucapan atau semangat tersendiri. Menjadikan anak perempuannya harus mandiri, produktif dan berpenghasilan. Di masa depan, perempuan tidak hanya dituntut 3M yaitu masak, manak dan macak saja. Itu pemikiran yang tidak bisa diterapkan di zaman yang apa-apa serba berubah.

Lihat selengkapnya