BTARI (Ambang Batas)

Tika Lestari
Chapter #10

Asam Urat

Pagi hari Btari sudah bilang sama bapaknya untuk segera membawa ibunya ke klinik. Karena semalam ibunya masih saja tidak nyenyak istirahat. Rintihan tangis malah terdengar histeris. Saat ditanya sakitnya bagaimana, ibunya juga bingung menjelaskan. Pokok rasanya panas, gemetar, lemas, lelap mata.

Btari sampai menangis karena memohon sama bapaknya. Tanpa pikir panjang, Btari segera mencari BPJS yang dimiliki ibunya. Membawakan ibunya jaket dan dan beberapa selimut. Btari yakin kalau ibunya rawat inap. Tidak apa begitu, asal ibunya bisa menjalani pengobatan untuk segera sembuh.

Sejam sejak keberangkatan bapak dan ibunya ke klinik, Bapak kembali seorang diri. Btari sudah yakin dan menduga kalau ibunya memang perlu rawat inap. Bapak kembali untuk membawa perlengkapan rawat inap. Btari bilang kalau dia akan menjaga ibunya. Bapak tetap jualan karena sudah ada makanan yang matang.

Btari segera bergegas menuju klinik ibunya dirawat. Ibunya terlihat sedang makan, Btari datang sambil membawa air untuk dirinya dan ibu. Pikirnya menghemat. Tidak lupa juga membawa karpet dan bantal. Btari tetap mengingatkan ibunya untuk berdoa dan sholawat. Agar senantiasa diberi kesembuhan.

Setiap mau ke kamar mandi Btari berusaha menuntun ibunya. Langkah kakinya agak susah buat berjalan. Btari ingat kalau asam urat juga menyerang sang ibu. Rasanya ikut menahan sakit yang saat ini dialaminya. Tapi Btari tetap harus terlihat kuat dan tidak lemah.

Btari sama sekali tak sanggup untuk istirahat, perasaannya resah dan cemas. Ibunya bahkan terlihat lelap untuk tidur dan tidak bersemangat diajak bicara.

"Ibu tak tidur, capek ibu," jelasnya.

"Ngobrol aja Bu, Btari temenin," jelas Btari.

"Nggak mau, ibu ngantuk," jelas ibunya.

"Ibu pokok sholawat dan berdoa terus ya," jelas Btari.

Ibunya hanya mengangguk dan tertidur.

*

Sore hari, bapak mampir ke klinik, membawakan makanan untuk Btari. Kemudian bapak bebersih dulu di rumah. Btari cukup mandi di klinik saja biar tidak bolak-balik. Dan menurutnya lebih cepat untuk segera merawat ibunya.

Btari mengganti daster ibunya dengan perlahan. Kemudian menyekal wajah dan menyisir rambut. Meskipun agak kesusahan karena baru pertama kali Btari merawat pasien. Btari sebenarnya juga agak risih kalau mandi di tempat umum. Namun perasaan itu sirna ketika dia lebih memerlukan ibunya untuk sembuh.

*

Selepas isya, keluarga dari ibu Btari berbondong-bondong menjenguk ibunya. Ibu terlihat senyum bertemu budhe, Bulik, dan beberapa keponakan. Terlihat semua menyemangati ibu supaya sembuh. Kemudian Btari melihat tantenya membawa bekal. Ternyata keluarga besar tadi ke rumah Btari terlebih dahulu. Kebetulan bapak Btari habis kenduri, daripada makanan mubazir mending dibawa ke klinik saja.

Lihat selengkapnya