BTARI (Ambang Batas)

Tika Lestari
Chapter #12

Bunyi Sirine Hi-Lo

Bunyi sirine ambulance yang ditumpangi Btari memecah jalan raya. Membuat pengguna jalan lain harus mau mengalah. Bunyi sirine ambulance bergantian dari nada tinggi dan nada rendah. Sebab situasi saat ini bisa dibilang mendesak. Dari klinik ke rumah sakit rujukan diperlukan waktu kurang lebih 10 menit.

Sesampai di pelataran rumah sakit, perawat langsung membantu untuk dibawa ke IGD. Btari menata bawaannya di bawah kolong bed dan mengikuti ibunya. Sementara bapak diminta untuk ikut perawat mendampingi administrasi rujukan.

Ibu tak seberapa tahan dingin, namun di ruang IGD ini AC tentu selalu menyala. Btari memakaikan selimut untuk sekedar mengurangi dingin yang dirasakan ibunya. Lisannya terus mengajak sang ibu untuk berdoa dan bersholawat untuk kesembuhannya.

Setelah perawat melakukan triase, ibu dibawa ke ruang radiologi untuk di periksa. Saat itu Btari diminta untuk melepas anting sang ibu. Karena dalam proses radiologi dilarang memakai perhiasan. Depan pintu ruang radiologi menyala merah. Itu artinya di dalam sedang ada penanganan pasien yang perlu radiologi juga. Sambil menunggu antrean, Btari tetap memegang tangan sang ibu untuk menguatkan.

"Ibu jangan takut ya, ibu diusahakan sembuh, jangan berpikir aneh-aneh nanti di dalam, Btari tidak boleh ikut masuk, jadi Btari tunggu ibu di depan," ucap Btari kepada sang ibu.

Ibu hanya mengangguk, entah itu anggukan biar Btari tenang atau bagaimana. Kemudian terlihat bapak Btari usai mendampingi pengurusan administrasi rujukan.

Tak berselang lama pintu ruang radiologi terbuka, terdapat pasien pria yang masih muda, sepertinya habis kecelakaan. Btari tak seberapa paham detail, karena dia sebenarnya ngeri melihat hal yang berhubungan dengan medis.

Di dalam ruangan, ibu merasakan badannya masuk ke dalam tabung sinar X. Sebenarnya ada kekhawatiran sendiri, karena ibu sadar kalau anting tadi dilepas, pikirannya jadi aneh-aneh. Ditambah lagi dengan tabung sinar X yang sangat asing bagi ibunya.

Btari dan bapak saling menguatkan, karena memang takdir ini tidak ada yang tau. Sambil menunggu ibu selesai di ruang radiologi, lisanya tak henti merapal doa dan sholawat yang dia tujukan untuk kesembuhan ibunya.

Ketika pintu ruang radiologi terbuka, Btari segera menghampiri sang ibu. Memegang tangan sang ibu untuk menguatkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Perawat kemudian membawa sang ibu ke dalam kamar rawat inap guna mendapatkan pengobatan yang lebih intens.

Melewati area lift yang membuat Btari bingung. Pasalnya dia suka geliyengan kalau naik lift, tapi kalau melewati tangga dia tidak bisa menemani sang ibu. Dan jauh juga kalau melewati tangga.

Lihat selengkapnya