Sore hari Btari berencana pulang ke rumah. Rasanya dia ingin istirahat sebentar, bangun bertemu ibunya yang sudah sembuh. Bapak yang berjaga di depan ruangan ICU. Jam kunjung sebenarnya 2 jam lagi, tapi Btari tak sanggup melihat ibunya lagi yang masih tak mengenali dirinya.
Sebelum pulang, Btari menata karpet dan melipat selimut supaya lebih rapi. Tidak lupa meninggalkan body lotion anti nyamuk. Dan membeli air mineral untuk bapak. Membereskan barang yang sudah tidak di perlukan untuk dibawa pulang.
Setelah dirasa sudah tidak ada yang ketinggalan, Btari segera berpamitan untuk meninggalkan lokasi rumah sakit. Dalam perjalannya dia masih saja heran, sedang di mana sia sekarang? Ngapain dia sekarang? Ke mana keluarganya yang tiap hari meramaikan rumah? Pikirannya menerawang jauh, walau begitu dia tetap berhati-hati saat menyetir kendaraan, apalagi sendirian.
Sekitar 30 menit sudah sampai rumah. Btari segera menuju dapur, mencuci peralatan masak yang entah berapa hari tidak tersentuh. Nasi di dalam magic com sudah mengering. Segera Btari buang, mencuci magic com tanpa berniat memasak nasi. Untuk kedua adiknya, nanti dia belikan saja. Bagi Btari untuk saat ini haram memasak nasi. Btari sangat takut kalau nasi yang dimasak tiba-tiba basi.
Konon nasi basi sebagai pertanda kalau ada orang terdekat akan berpulang. Btari mendengar hal itu sudah sejak lama, meskipun percaya tidak percaya, untuk saat ini Btari tidak akan memasak nasi. Sampai ibunya sembuh dan kembali ke rumah.
Resti ingin sekali menemui ibu, tapi Btari khawatir kalau nanti Resti sedih. Sebenarnya Resti dan Winda memang belum bertemu ibu sejak masuk ke klinik hingga di rujuk ke rumah sakit bahkan di ruang ICU. Btari sendiri bahkan lupa hari, berapa lama dia tak menginjakkan kaki di rumah sederhananya ini.
Btari menghubungi pamannya untuk mengajak Resti ke rumah sakit. Mumpung masih pukul 16.00 sehingga Resti bisa tengok ibu di ruang ICU. Sementara Winda yang masih kecil diminta Btari untuk di rumah saja menemani dirinya. Winda manut, Btari juga bilang kalau ibu sudah stabil keadaannya, dia pasti membawanya menemui sang ibu.
Di rumah sakit, kerabat semakin banyak yang datang berkunjung. Baik dari keluarga bapak atau ibu. Terlihat kakek juga datang membisiki di telinga ibu. Mengelus dan mengusap kepalanya dengan sayang. Kerabat lain ada yang melihat dari kaca saja. Menguatkan bapak dan juga Resti.
Resti memutuskan menemani bapak untuk berjaga malam ini. Btari kembali meminta kerabat untuk mengantarkan bantal dan selimut untuk Resti. Bapak sudah melarang Resti, tapi Resti memaksa untuk menemani bapak berjaga.
Di rumah, Btari bersama Winda, menyuapi Winda nasi goreng yang baru dibelinya.
"Winda kangen ibu Mbak," ucap Winda.
Hati Btari terhenyut, anak sekecil ini yang kurang paham situasi ICU, dengan polos bilang kangen sudah membuat air mata Btari mengalir deras.
"Winda doakan ibu saja ya supaya ibu lekas sembuh, Winda saat ini di rumah saja, karena anak kecil tidak boleh lama-lama di rumah sakit," jelas Resti.
"Oke Mbak," Winda berucap patuh.