BTARI (Ambang Batas)

Tika Lestari
Chapter #16

Akhirnya Sadar

Sebelum berangkat kerja, kerabat ibu ada yang membawa air putih datang menemui bapak. Beliau bilang bahwa air itu di dapat dari ustad. Bukan musyrik, tapi ini ikhtiar, meminta bantuan doa dari ustad. Setiap manusia tidak akan pernah tau doa siapa yang dikabulkan. Lagi pula tidak ada salah meminta bantuan doa dari ustad.

Bapak segera meminta izin kepada perawat untuk masuk ke ruangan ICU. Meskipun saat itu masih pukul 09.00, bapak diperbolehkan masuk setelah bilang kalau ingin mengajak ibu berbicara.

*

Ibu tak mengenali tempat ini, ibu kebingungan ini di mana. Tidak ada angin, matahari terik, tapi suasana begitu sejuk. Yang ibu tebak, mungkin sedang berada di area lapangan, tapi tidak tau lapangan mana.

Langkah kaki ibu tetap berjalan meskipun tidak tau tujuannya ke mana. Meskipun tidak memakai alas kaki tapi tidak terasa panas. Sama sekali tidak ada orang di tempat ini. Namun ibu tetap saja berjalan sesuai nalurinya.

Hingga ibu melihat sebuah pohon besar. Langkah kaki ibu menuju pohon itu. Ibu ingin sekali berteduh di bawahnya. Tapi saat ibu hendak sampai, tiba-tiba ada seorang kakek yang ibu sendiri ragu antara kenal dan tidak kenal.

"Kakek siapa?" Ibu bertanya memastikan sambil mengentikan langkah.

Rupanya di depan kaki ibu terdapat sungai kecil yang terlihat airnya begitu jernih. Bahkan kalau ibu melompat, ibu sudah bisa menuju pohon tersebut. Dari jauh tadi tidak melihatnya padahal.

"Kamu yang siapa? Ini rumah saya," jawab kakek.

"Maaf saya tidak tau, saya tadi melihat pohon ini begitu rindang, saya ingin meneduh," ucap ibu.

"Kalau kamu ingin meneduh, kamu harus melompat sendiri ke sini," jelas kakek itu.

Wajah kakek tertutup topi, ibu tak seberapa paham beliau. Tapi hati ibu merasa kalau batinnya dekat dengan kakek itu. Tangan kakek sambil membawa timba emas yang digunakan untuk mengambil air dari sungai kecil. Rupanya kakek itu terus menerus menyiram pohon rindangnya.

Ibu ragu, bayangan wajah dan ucapan Btari tiba-tiba terbersit dalam pikirannya. Berulang kali Btari bilang, "jangan mau diajak orang yang tidak dikenal, ibu harus ingat kalau Btari menunggu ibu sembuh,"

Kakek tersebut masih saja menyuruh ibu melompat kalau mau berteduh. Tapi ibu tak kunjung melakukannya. Karena ibu yakin tidak yakin antara kenal atau tidak dengan sang kakek.

"Kenapa? Katanya mau berteduh? Tinggal lompat saja," ucap kakek.

"Kakes siapa? Saya tidak kenal kakek?" tanya ibu.

"Kamu tidak akan kenal saya, tapi manggil-manggil saya" ucap kakek tanpa menghentikan aktivitasnya menyirami pohon.

Lihat selengkapnya