BTARI (Ambang Batas)

Tika Lestari
Chapter #18

Namanya ruang HCU

Memasuki ruang HCU hawanya sejuk, dingin, tak jauh beda dengan ruang ICU. Di dalam terlihat pasien lebih banyak dari ruang ICU. Btari langsung menghampiri keberadaan Ibu. Saat itu Ibu sedang makan bubur disuapi oleh perawat. Btari kemudian izin buat menggantikan.

Btari duduk di samping Ibu dan perlahan menyuapi Ibu. Perawat tadi bergantian ke pasien lain yang keluarganya belum datang. Ibu makan dengan lahap dan cepat. Ibu juga bercerita, pas dipindah ke sini ada kerabat Ibu yang datang berkunjung. Mereka bertemu di jalan saat pemindahan. Jadi hanya bisa saling panggil saja, seperti di sinetron kata Ibu.

Ibu juga bercerita kalau kerabat Ibu tadi nangis mau ikutan masuk. Tapi sama perawat jelas dilarang karena ada jam besuk. Kalau nunggu jam siang, menantunya nanti terlambat kerja shift 2. Btari membayangkan sempat-sempatnya cerita dengan keadaan seperti itu. Btari agak tergelitik, memang berasa lagi lihat sinetron.

Selain itu Ibu juga cerita, pasien di samping dari tadi gerak terus. Ingin bangun dari bed, perawat sampai teriak melarang. Ibu diceritain perawat, itu pasien masih ada pengaruh alkohol. Btari melirik sekilas, seorang pria masih muda. Katanya kecelakaan habis minum alkohol. Betapa sakitnya yang dialami, tapi orang bilang kalau pengaruh alkohol itu tidak merasakan apa-apa. Btari sih nggak tau, tapi melihat pria itu terdapat luka di wajah, ya jelas sakit.

Kalau di ruang ICU kemarin pasien tersebut bisa dikatakan kritis sehingga perlu penanganan dan perawatan khusus. Makanya alatnya banyak yang terpasang di dalam tubuh pasien. Karena pasien sangat memerlukan intervensi seintensif di ICU. Beda dengan ruang HCU, di mana pasien hanya perlu dipantau secara khusus. Keadaan pasien lebih baik dan stabil beda sewaktu di ICU.

Ruang HCU sebenarnya tidak jauh beda dengan ruang ICU. Di dalam ruang HCU juga dipantau secara intensif. Masih terpasang alat pemantau di layar monitor. Seperti detak jantung, tekanan darah, saturasi oksigen dan alat pantau lainnya.

Tim medis yang terdiri dari perawat dan dokter pun siap menangani keadaan pasien kapanpun diperlukan. Meskipun peralatan medis tidak sebanyak dan secanggih ruang ICU, setidaknya ruang HCU dilengkapi dengan peralatan medis yang lebih lengkap dibandingkan ruang perawatan biasa.

Perawat juga mengatakan kalau sore nanti menunggu keputusan dokter. Ibu bisa dipindah di ruang rawat inap atau masih di ruang HCU. Tidak perlu lama-lama di ruang HCU kalau keadaan pasien lebih cepat membaik. Sama halnya dengan di ruang ICU kemarin, kalau Btari tidak salah ingat cukup dua harian.

Btari bersyukur perlahan keadaan ibunya semakin baik. Ini bentuk kerja sama yang menyenangkan. Pasien manut untuk diobati, keluarga ikhlas buat merawat, dan perawat juga baik dalam mengahadapi pasien.

Untuk detail kapan pemindahan Ibu ke ruang rawat inap, Btari tidak tau pasti. Karena perawat sendiri tidak menjelaskan waktu spesifiknya. Btari sudah menyampaikan info ini ke Bapak. Resti, Winda juga sedang berada di rumah sakit. Jadi seluruh keluarga sedang menunggu Ibu di luar HCU. Biar rumah kosong sehari, dititipin ke tetangga tidak apa-apa.

Saat perawat bilang ke Btari perihal keadaan Ibu yang semakin baik, Btari sudah tidak sabar untuk membicarakan ke Ibu. Tapi Ibu tidak jauh beda dengan Btari, kalau dikasih tau pasti suka kepikiran. Karena rasa penasaran dalam dirinya begitu kuat. Berasa berharap kalau sudah diomong. Sedangkan kapan dipindahnya pun Btari tidak tau pasti.

Sekitar pukul 20.00 perawat memanggil keluarga ibu. Btari segera menghampiri, karena bapak sedang mengajak Winda ke luar rumah sakit untuk beli makan. Sementara Resti menjaga barang di luar ruangan.

Lihat selengkapnya