BTARI (Ambang Batas)

Tika Lestari
Chapter #20

Perawatan Berkala

Sejak Ibu sudah di rumah, keadaan di rumah sudah ramai. Beberapa hari banyak keluarga, kerabat dan rekan yang menjenguk Ibu. Setiap pagi Ibu berjemur, sambil duduk, menggerakkan tangan dan kaki. Btari selalu mewanti, jangan sungkan atau malu dilihat orang lewat. Ibu memang sakit, tapi Ibu saat ini berjuang buat sembuh. Jangan kecewakan yang merawat Ibu juga. Harus ikut saran keluarga, bukan orang lain.

Btari mengingatkan untuk rutin menggerakkan badan. Agar makanan bisa diserap keringat. Tidak perlu olahraga berat, cukup olahraga ringan asal badan digerakkan. Karena kalau olahraga berat, nanti kerja jantung jadi berat. Sedangkan kalau tidak gerak, tak baik juga untuk kesehatan jantung. Jadi semua dilakukan atas dasar cukup.

Untuk makanan Ibu, sementara anti minyak, anti penyedap. Btari meniru menu sewaktu di rumah sakit. Setiap pagi, Btari harus memasak dua menu. Menu pertama untuk ibunya, dan kedua untuk Bapak dan Adiknya. Awalnya Ibu tidak protes, tapi sekitar lima hari lidah pengecap sudah berfungsi, jadi tidak mau makanan hambar.

Btari turuti kemauan ibu, dokter menyarankan pun tidak boleh terlalu ketat untuk mencegah makan. Namun kembali ditegaskan kalau tidak boleh terlalu berlebihan juga.

Setiap hari Btari mengganti menu biar tidak bosan. Sedikit menggunakan minyak dan gula. Dia belajar bermodal beberapa podcast kesehatan dari internet. Mencatat menu yang dianjurkan. Awalnya memang kesulitan, Btari anggap ini adaptasi. Apalagi Btari juga menyadari bukan dari kalangan medis. Segala ilmu medis masih awam menurut dirinya.

Jadwal ke poli seminggu dua kali, poli pertama di poli interna atau penyakit dalam. Datang ke poli menggunakan sewa mobil, diantar keponakan Bapak, Btari dan Winda, karena bapak harus bekerja. Btari menejelaskan kepada sang ibu, jangan minder duduk kursi roda. Ibu hanya mengangguk dan patuh. Pasalnya kalau dibuat jalan jauh masih gliyengan. Jadi pilihan terbaik menaiki kursi roda yang disediakan oleh pihak rumah sakit.

Btari harus lebih ekstra menjelaskan ke Ibu kalau semua akan baik-baik saja ketika datang ke poli saraf. Btari menjelaskan kalau saraf tidak hanya perihal mental, tapi juga tulang. Bukan mental Ibu yang diobati, tapi saraf tangan yang suka kesemutan. Tidak ada yang bermasalah dengan mental Ibu.

Orang sakit, harus selalu disupport dengan kesembuhan. Bermacam orang di rumah sakit bisa ditemui. Ada yang masih muda tapi sudah pasang ring jantung. Ada yang sudah tua tapi bisa datang sendiri ke poli. Bermacam-macam pokoknya.

Rasanya hal ini bisa jadi wisata kehidupan, siapapun yang merasa hidupnya sedang tidak baik-baik saja, coba sesekali datang ke rumah sakit. Banyak fenomena yang kalau dijelaskan rasanya bisa menyayat hati. Ada yang sedih kehilangan, bahagia kehadiran, semua ada. Dengan begitu, manusia pasti lebih bersyukur dengan hidup yang sedang dialami saat itu.

Lihat selengkapnya