BTARI (Ambang Batas)

Tika Lestari
Chapter #22

Kerja Lain

Btari masih menjalani aktivitas seperti biasa termasuk rutin menulis. Dia tidak akan membiarkan literasi tumpul tanpa diasah. Btari yakin kalau tulisan akan membawa seseorang menemukan jati dirinya. Meskipun dianggap tidak sekarang, tapi dia yakin kalau suatu saat pasti akan mendapatkan kesempatan itu.

Sebenarnya Btari ingin bertanya ke Pak Candra barang kali ada info lowongan kerja seputar literasi. Namun hal itu ia urungkan, bukan karena tidak berani, tapi lebih ke seperti tidak punya muka. Sudah jelas dikasih kesempatan untuk menjadi editor, malah dia sia-siakan, memangnya siapa dia?

Sikap Btari yang pilih-pilih kerja semakin menambah kekhawatiran dirinya tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Namun Btari berprinsip, daripada kerja karena gengsi, nanti takutnya dia abai pada tanggung jawab. Masih takut dengan yang tidak berkah dirinya itu.

Btari ngomel sama dirinya sendiri, sore-sore habis ashar. Nyapu rumah sudah, halaman sudah disapu juga. Habis mandi dan sholat ashar dia kembali ke kamar. Melakukan pekerjaan yang paling tidak dia sukai yaitu lipat baju. Jangan tanya setrika, baju yang dia setrika hanya yang mau dia pakai bepergian penting saja. Itupun yang kainnya benar-benar terlihat kusut.

Jarang sekali baju yang Btari kenakan rapi dengan setrika. Pernah dia coba setrika semua baju. Kipas angin menghadap dirinya, setrika satu bak penuh. Alhasil malam hari perutnya kembung. Depan setrika kalau tak diimbangi depan kipas, alamat panas yang dirasakan.

"Enak kali ya kalau udah punya suami, capek dikit ada yang mijetin," ucap Btari dengan dirinya sendiri.

"Ya Allah, Btari ingin suami Ya Allah," imbuhnya lagi.

"Di rumah terus, gimana mau ketemu suami," sahut ibu dari luar kamar.

Rupanya ibu mendengar keluhan Btari. Ibu hendak pergi buat rutinan tahlil. Sedikit demi sedikit ibu sudah bisa beraktivitas dengan masyarakat kembali.

"Yeee, siapa dulu yang bilang kalau gak boleh pacaran selagi masih kuliah," sanggah Btari.

"Yaudah kan sekarang sudah lulus, buruan cari suami, enak ada yang nafkahin," jelas ibu.

Yeee, Btari udah males menanggapi. Bagi dirinya, niat menikah kalau tujuannya ingin dinafkahi, itu salah besar. Niat nikah karena gengsi sama tetangga, itu juga salah besar. Mungkin salah kecil tuh kalau niat nikah terpaksa sekali karena dikejar usia kali yaa.

Menikah tujuannya menyatukan dua insan yang berbeda. Saling melengkapi di atas perbedaan yang ada. Menerima kekurangan pasangan dan berusaha memperbaikinya bersama-sama. Dengan begitu semuanya pasti bisa sejalan dan beriringan. Kalau dulu pas masih ABG mungkin ingin punya pacar ganteng, wajar sih namanya anak labil. Kalau pas remaja pengen punya pacar karena kaya, ya biarin karena skincare sekarang harganya tidak ada yang murah, keculi merkuri. Tapi kalau udah dewasa, yang diperlukan itu pasangan yang punya iman tebal. Takut sama sang pencipta, dengan begitu rumah tangganya akan tercipta sakinah mawadah wa rahmah.

*

Lihat selengkapnya