BTARI (Ambang Batas)

Tika Lestari
Chapter #25

Cincin di Jari Manis

Sepuluh hari dari waktu pembicaraan lamaran direncanakan. Bagi Btari dan keluarganya itu waktu singkat. Bagaimana pun pihak perempuan sebagai penerima, apalagi pengalaman pertama, jelas mengalami kebingungan.

Kalau untuk seserahan, Btari bisa mengerjakan satu hari di rumah Yoga. Ibu melarang Btari memilih isi seserahan. Ibu bilang biar calon mertua dan calon suamimu saja yang belikan. Kata ibu dapatnya isi seserahan bagaimana ya itu rejekinya. Untuk urusan cincin juga, Btari tidak ikut memilih. Dia cukup setor ukuran jari tangan dengan memakai benang. Btari hanya request make up, karena sayang sekali jika beli make up yang tidak biasa dipakai.

Pelaksanan lamaran juga berlangsung sederhana. Btari tidak ingin terlihat mewah. Btari cukup mendekor dinding ruang tamu dengan gorden yang berhias bunga dan dari kertas Jasmine. Supaya ada bagusnya kalau misal dibuat potret kenangan.

Tidak banyak yang ikut hadir, karena ibu mertua hanya mengajak keluarga inti saja. Akan tetapi bagi Btari, tamu sebanyak 40 orang sudah banyak. Tapi mau bagaimana lagi, keluarga Yoga keberadaannya dekat-dekat. Jadi tidak enak kalau yang diajak itu dipilih-pilih.

Setelah beberapa hari berlangsungnya lamaran, Yoga semakin aktif absen ke syahbandar. Menghubungi beberapa teman yang lain perihal lowongan kerjanya. Tabungan Yoga sebelumnya sudah berkurang karena untuk beli seserahan, cincin, dan kalung lamaran. Untuk selanjutnya dia sudah memiliki tujuan untuk menikahi Btari. Jadi dia harus lebih bekerja keras.

Sementara Btari dikasih info sama Pak Candra perihal lowongan kerja sebagai editor. Tempat kerjanya di Surabaya, akan tetapi penerbitan indie. Btari sama sekali tak mempermasalahkan, pikirnya kerja dulu saja. Lumayan bisa membantu keperluan kesiapan pernikahannya. Dan penempatanmya juga dekat, Btari masih bisa pulang pergi dari rumah ke kantor secara langsung.

Btari tak kesulitan melakukan interview. Bahkan tiga hari usai wawancaram lisan, dia sudah bisa masuk kerja. Tak perlu adaptasi terlalu susah karena pekerjaan ini yang menjadi cita-cita Btari. Btari semakin percaya, kalau seseorang meniatkan diri untuk beribadah, pasti jalan rejeki akan dipermudah.

Hari ini Yoga sengaja menjemput Btari pulang kerja. Kemudian mengajaknya jalan-jalan ke royal plaza. Rencana mau mampir makan, beli baju dan nonton bioskop. Btari mengekor saja karena jarang juga dia jalan ke mall usai lulus kuliah.

"Di tempat kerja ada yang godain kamu nggak?" tanya Yoga.

"Ada sih, tapi di awal-awal, bukan godain yang dalam tanda kutip, tapi lebih kayak biar aku ga canggung aja sebagai anak baru," jelas Btari.

"Tapi dia tau kalau kamu udah punya pacar?" tanya Yoga.

"Enggak," jawab Btari singkat, "kan aku bilangnya udah punya tunangan," lanjut Btari sambil mengangkat tangan kirinya, menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

Yoga tersipu, hal itu malah membuat Btari semakin gemas melihat pipi Yoga yang semburat pink. Saingan sama bibirnya yang pink alami. Yoga tidak merokok, jadi tidak merusak warna bibirnya. Dia juga tidak ngopi, karena kena kopi dikit lambungnya tak terima. Btari bersyukur sekali, ya meskipun dia juga tak membenci rokok dan kopi. Tapi senang aja gitu kalau pasangannya tidak merokok dan juga kopi.

Eh pantas saja uangnya lekas kekumpul banyak.

Lihat selengkapnya