Gala mengarahkan kemudi ke kanan, berbelok menuju parkiran Kopipiko. Ia menoleh sekilas ke arah Tita. Wanita itu terlihat berseri-seri sambil manggut-manggut.
“Selamat datang di Kopipiko.”
Tita tertawa sambil melirik ke arah Gala.
“Aku paham sekarang. Kamu lihat story-ku, ya?”
Gala terkekeh sambil membuka seat belt. Ia lalu berjalan ke arah pintu sebelah kiri. Namun, kali ini dirinya kalah cepat.
“Kok, keluar dulu?” protes Gala.
“Emangnya aku nggak punya tangan buat buka pintu?”
“Enggak gitu juga.”
Gala pun mengajak wanita dengan kerudung berwarna hitam tersebut untuk masuk ke Kopipiko.
“Silakan duduk. Mau pesan apa, Ibu?”
Tita tergelak mendapat perlakuan selayaknya pelayan restoran dari Gala.
“Hazelnut Latte ada, Mas?”
“Oke siap. Tunggu sebentar, ya.”
Gala berlalu menuju meja pembuatan kopi. Tita yang berada di kursi pojok mengernyitkan keningnya melihat laki-laki yang malam ini mengenakan kaca mata itu sibuk mempersiapkan pesanannya. Ia tampak cekatan meracik minuman yang sedang populer di kota dingin ini. Tidak lama kemudian, Gala kembali dengan satu gelas Hazelnut Latte di tangannya.
“Hazelnut Latte istimewa,” ucap Gala sambil menyerahkan pesanan Tita.
“Ini serius yang buat kamu, Ga?” tanya Tita tidak percaya. Gala mengangguk sambil memimcingkan mata sebelah kanan.
“Cobain, deh.”
“Nggak bikin sakit perut, ‘kan?”
Gala terbahak mendengar pertanyaan Tita. Wanita itu lalu menancapkan sedotan berwarna hitam ke bagian atas gelas. Namun, benda panjang itu tidak juga sukses menembus plastik penutup walaupun Tita sudah berulang kali menusukkannya.
“Kok, susah, sih?”
Gala menatap Tita seraya tersenyum. Ia kemudian mengambil gelas di tangan wanita berhidung mancung tersebut.
“Gini caranya aku kasih tahu. Baca doa dulu. Bismillah.”
Gala lalu menancapkan sedotan ke gelas plastik tersebut. Anehnya, hanya satu kali tusukan dan berhasil. Wanita di depannya membeliak sambil menutup mulut karena tersipu. Tanpa Tita duga, Gala tiba-tiba mendekatkan tabung plastik tipis berwarna hitam itu ke bibirnya.
“Eits, apa-an ini?” elak Tita seraya memundurkan kepalanya.
“Udah, tinggal disedot aja.”
“Nggak, Nggak. Malu diliatin orang. Entar ada mahasiswaku liat.”
Tita meraih gelas yang ada di tangan Gala. Ia mulai menyeruput minuman manis tersebut. Tegukan pertama, ia tersentak. Rasa minuman ini lebih enak dari yang biasanya ia beli di kedai yang sama.
“Eumh, enak banget. Hazelnutnya kerasa,” puji Tita yang langsung mendapat reaksi dari Gala yang langsung berpose dengan jari telunjuk dan jempol memegang dagu. “Kok, kamu yang bikin?”
Gala tersenyum sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ia membiarkan Tita menebak makna dari ekspresinya tersebut.
“Kamu bajak Kopipiko?”
“Enak aja.”
“Terus? Oh, jangan-jangan kedai ini milik temanmu atau saudaramu?”
Gala kembali tersenyum. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya.
“Ish, apa sih, Ga? Aku nggak mau minum kalau nggak jelas gini.”
“Bentar, jangan sewot gitu, dong,” kata Gala sambil melambaikan tangangan ke meja bar. “Dod!”
Dodi yang sedang bersantai segera melangkah menuju meja Gala dan Tita.
“Kenalkan, ini dia Dodi owner Kopipiko,” ucap Gala menyambut kedatangan rekan kerjanya tersebut. Dodi yang baru datang sontak kebingungan.
“Eh, iya, iya. Salam kenal,” ujar Dodi setelah mendapat kedipan dari Gala. Ia pun berkenalan dengan Tita.