“Kamu mau mundur? Berarti Tita nggak salah kalau bilang Gala itu seperti anak kecil.”
Gala terkesiap mendengar ucapan Dodi. Ia lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Dirinya merasa seketika berubah menjadi tidak bijaksana karena kasmaran.
“Aku harus tetap nuruti persyaratan Tita, gitu?”
“Ya, kalau kamu udah nggak cinta, ngapain dituruti. Logikanya tolong dimainkan, Bos.”
Gala menghela napas panjang. Di hatinya masih terlukis jelas sebentuk cinta yang utuh untuk Tita.
“Masalahnya kamu terlalu cinta sama dia, itu!” ungkap Dodi dengan jari telunjuk mengarah pada wajah Gala.
“Terus gimana? Aku chat nggak dibaca. Ke kosnya, dibilang nggak ada terus. Ke kantor jurusan, menghindar. Di kelas pun, dingin. Serba salah rasanya.”
“Bro ... Bro, kamu itu ganteng. Tapi, pengalaman sama cewek kalah level sama aku,” ejek Dodi sambil terbahak. “Nih, aku kasih tahu. Beberapa cewek itu ada yang nggak suka terlalu dikejar. Yang ada mereka suka ilang feeling kalau cowoknya agresif. Ngerti nggak?”
“Kaya gimana itu?”
“Kaya kamu,” jawab Dodi sambil tertawa. “Kita sebagai cowok yang harus punya strategi.”
Gala menegakkan punggungnya. Ia siap menyimak penjelasan Dodi yang memang kerap menebar pesona pada kaum hawa.
“Jinak-jinak merpati,” saran Dodi. “Jangan selalu dikejar, sekali-kali kamu menghilang.”
“Kalau dia malah ikut ngilang, gimana?”
“Aku yakin Tita nggak kaya gitu. Dia kalau didekati memang menjauh, keliatan sudah. Tapi ... ada tapinya, kalau kita yang menjauh pasti dia akan mendekat. Aku jamin.”
Gala merenungkan ucapan Dodi. Apa yang dikatakan sahabatnya itu ada benarnya juga. Namun, ia sangsi jika harus melakukannya pada Tita. Wanita itu baginya sangat spesial. Tidak mudah untuk sekadar mencuri perhatiannya, apalagi harus menghilang sekejap untuk mendapatkan cintanya.
“Aku nggak mau gambling untuk satu nama itu,” ucap Gala sambil beranjak menuju ruangannya.
“Payah, bosku. Aku udah kasih trik ampuh malah dicuekin,” rutuk Dodi sambil mengacak rambutnya.
***
Markas IMG cabang Ekonomi tampak ramai. Gala menghentikan motor yang ia pinjam dari Dodi di depan rumah. Dirinya memang sengaja tidak membawa mobil. Gala ingin menyatu bersama para anak muda yang masih harus berjuang meraih impiannya itu.
“Akhirnya kamu datang juga,” sambut Resta yang kemudian mempersilakan sahabatnya itu masuk.
Gala pun menyalami semua yang hadir. Ia sudah membulatkan tekad untuk tetap melanjutkan keputusannya terjun di organisasi kampus. Dampak positif dari sharing saat diklat, ia ingin Kopipiko semakin maju dengan aktif di IMG. Lebih bagus lagi jika dirinya mampu meraih kursi Ketua BEM Fakultas Ekonomi, tujuan utamanya.
Rapat pun dimulai. Ketua IMG mulai menyampaikan poin-poin yang akan dibahas sepanjang rapat malam ini.