Bu Dosen, Please Be Mine!

Reni Hujan
Chapter #15

Selangkah Lebih Dekat

Mobil Gala sudah terparkir di depan indekos Tita. Ia bahagia karena bisa kembali menjemput pujaan hatinya. Awalnya, ibu dosen itu menolak untuk ikut rencananya. Namun, Gala kembali mengingatkan perjanjian mereka saat di restoran dulu. Tita tidak mungkin membiarkan Gala menang dan menikahinya.

Tita sudah siap di depan rumah. Ia mengenakan kulot plisket dan kemeja dengan hiasan tali pada pinggangnya. Tidak lupa pashmina yang menjadi andalan Tita jika tidak sedang mengajar di kampus. Gala berdecak kagum atas ciptaan tuhan yang hampir sempurna di matanya itu.

“Ada yang aneh?” tanya Tita saat melihat Gala mengamati penampilannya.

“Ada.”

“Yang mana?” 

Tita tampak sibuk meneliti setiap inci pakaian dan kerudung yang dikenakannya. Namun, ia tidak menemukan satu pun yang dianggapnya aneh. Gala tertawa kecil melihat Tita panik.

“Cuma satu yang aneh.”

“Iya, apa?”

“Suaminya mana, Bu?”

Tita mencebik, lalu memukulkan tas selempang kecil berwarna marun ke lengan Gala. Pemuda itu pura-pura mengaduh. Ia segera membukakan pintu mobil untuk wanita cantik itu.

“Kita mau ke Kopipiko?”

“Bukan, belum buka juga.”

“Terus, kamu mau nyulik aku ke mana?”

“Ke hatiku. Gimana? Mau, ‘kan?”

Tita menoleh ke arah kaca. Ia mencoba menahan senyuman yang sudah ingin menghiasi wajahnya itu. Hati kecilnya merindukan saat seperti ini. Gombalan receh Gala yang terdengar manis.

Gala tersenyum jail melihat ekspresi Tita. Rasa rindunya seolah tersampaikan.

“Diamnya perempuan itu tandanya mau.”

Tita seketika menoleh ke arah Gala.

“Ish, enggak, enggak, enggak.”

Gala tergelak mendapati muka panik Tita. Ia begitu bahagia pagi ini. Pemuda itu mengemudikan mobil dengan senyum yang terus mengembang. Begitu pula dengan Tita yang mulai merespon ucapan-ucapan konyol Gala.

Mobil akhirnya tiba di tempat tujuan. Sebuah rumah yang terletak di salah satu perumahan dengan lokasi berada pada tepi Kota Malang. 

“Ini rumah siapa?”

“Selamat datang di rumah Galaksi.”

Tita terperanjat. Tidak terpikir dalam benaknya bahwa Gala akan mengajaknya ke sini.

“Kamu mau jebak aku?” tanya Tita dengan tatapan geram. Gala tersentak mendapati raut wajah wanita di sampingnya yang berubah 180 derajat.

“Astagfirullah Tita, pikiranmu jahat banget. Ini rumahku sama ibuku. Nggak mungkin aku berbuat aneh-aneh di sini.”

Tita terdiam, pikirannya mulai berkelana ke masa lalu. Ia memejamkan mata kuat. Peristiwa yang merupakan kesalahan terbesarnya mulai hadir kembali dalam ingatan.

“Aku mau pulang, Ga,” ucap Tita sambil terisak. Gala tercengang melihat perempuan di sebelahnya menitikkan air mata.

“Kenapa? Kamu sakit?”

Tita menggeleng kuat. Ia masih belum bisa menghapus rasa bersalahnya.

“Aku takut, Ga. Aku takut!”

Tita semakin tergugu. Gala panik, ia tidak paham dengan apa yang terjadi pada dosennya itu. Ia ingin merengkuh wanita berkerudung itu ke dalam pelukannya. Namun, itu jelas tidak mungkin. Antara iya dan tidak, Gala akhirnya meraih tangan Tita, kemudian menggenggamnya.

“Aku nggak tahu apa yang kamu takutkan. Tapi, yang pasti aku tidak akan pernah menyakitimu, sedikit pun.”

Gala menatap Tita dengan penuh cinta. Senyuman tersungging di wajah pemuda dua puluh lima tahun itu. Pancaran mata Gala yang teduh, sedikit membuat perasaan kalut Tita mulai membaik.

Lihat selengkapnya