Setelah mengelabui Hilya untuk mengambil cemilannya, aku ke kamar dan membaringkan tubuhku di kasur. Nikmat tiada Tara saat belakang ku mengenai alas empuk itu.
Aku hendak memejamkan mata, berniat terlelap walau hanya sepuluh menit dan akan bangun membersihkan diri setelahnya. Namun, sebuah notifikasi menggagalkan niatku.
Pesan yang masuk ke wattsaap ku dengan nomor yang kukenali.
DOKTER SHAKA
Kamu bisa memberi jawabannya sekarang?
Aku
Saya akan secepatnya memberi jawaban
Setelah itu, aku mematikan data seluler handphone ku dan meninggalkannya untuk ke kamar membersihkan diri.
Dokter Shaka membuatku bingung sekali. Sangat tidak percaya jika dia tidak mempunyai perempuan yang bisa dia kenalkan pada Papanya sebagai calon istri. Kenapa dia harus memaksa untuk aku yang melakukan itu.
Sebelum tidur aku mempersiapkan pakaian yang akan kupakai ke Rumah Sakit besok. Pilihanku jatuh kepada dress dark grey dan jilbab pasmina jumbo hitam. Dan sebuah jilbab instan berwarna hijau yang kupakai saat memasuki ruang operasi. Sudah menjadi peraturan di Rumah Sakit tempatku bekerja, bahwa saat memasuki Ruang Operasi petugas yang berhijab harus menggunakan hijab senada dengan jas operasi dan yang digunakan dalam tubuh di ruang operasi.
Aku tidak membuka handphone ku sampai aku terlelap.
Pagi ini aku yang mengambil alih tugas ibu di dapur untuk menyiapkan sarapan. Setiap hari ibu memang ke pasar, dia akan mencari bahan untuk menjahit dan juga bahan dapur. Biasanya kalau aku punya shift kerja, ibu yang akan memasak. Namun, hari ini dia harus ke pasar lebih awal untuk mendapatkan kain yang yang jarang ada untuk menjahit baju kliennya. Toko kain itu buka lebih awal karena diserbu oleh para pelanggan lain. Ibu tidak mau tidak kebagian kain yang dia inginkan. Pasalnya, hanya toko itu saja menjual kain.
Aku juga bersiap lebih awal meski pergantian shift kerja saat jam sembilan pagi. Aku perlu mengantar Hilya ke sekolahnya terlebih dahulu, setelahnya aku akan ke rumah sakit sepagi itu juga.
HOSPITAL BYANTARA. Dari plang besar yang dipasang di gerbang masuk sudah menjelaskan dan memberi pemahaman bagi pengunjung bahwa Rumah Sakit ini milik keluarga Byantara, sebuah Rumah Sakit swasta. Rumah Sakit ini memiliki luas yang tidak bisa aku hitung dengan modal perkiraan dan hasil mengamati saja. Pasalnya, hampir tiga tahun aku bekerja di sini, belum sempat aku kunjungi semuanya.