Hari ini, Dini terlihat murung sepulang sekolah. Ia enggan untuk keluar dari kamarnya. Bi Santi pun harus mengantar makan siang ke kamar Dini. Dengan rasa khawatir, Bi Santi terduduk di samping kasur Dini dan mengajaknya bicara.
"Non kenapa? Sakit?"
"Enggak Bi," jawab Dini tanpa berbalik sedikit pun. Ia tetap memunggungi Bi Santi.
"Ya sudah. Makan dulu ya... bibi udah bikinin Non omlet. Mau kan?"
"Enggak Bi. Aku gak mau makan. Mau tidur aja."
Bi Santi pun keluar dari kamar Dini. Di depan pintu tampak Mang Ali sedang berdiri dengan resah.
"Gimana, Ti," tanya Mang Ali.
"Gak mau Mang. Non Dini gak mau makan."
"Coba bujuk pake cokelat atau eskrim."
Bi Santu pun kembali masuk ke dalam kamar dan menghampiri Dini.
"Non. Mau eskrim gak? Tapi harus makan dulu. Kalau udah makan, kita beli eskrim sama Mang Ali."
"Enggak..." jawab Dini lemas.
"Ya sudah. Kalau Non mau tidur. Kalau Non mau apa apa, panggil Bibi aja ya..."
Bi Santi keluar dari kamar Dini dan menemui Mang Ali. Kemudian ia menggelengkan kepalanya. Menandakan bahwa ia gagal membujuk Dini untuk makan. Mereka pun pasrah dan membiarkan Dini tidur.
***
Sesaat setelah ibu pulang, Bi Santi langsung bercerita pada ibu mengenai Dini yang enggan keluar rumah dari sepulang sekolah. Ia juga menceritakan tentang Dini yang menolak untuk makan. Mendengar itu, ibu menghampiri Dini di kamarnya dan duduk diatas kasurnya. Dini tidak tertidur. Ia hanya berbaring menyamping dan diam tanpa melakukan apa apa.
"Anak ibu lagi kenapa? Kamu berantem ya sama Yura? Atau kamu dimarahin sama guru kamu karena kamu nakal?"
Mendengar perkataan ibu, Dini membalikan tubuhnya menghadap ibu.
"Bu, ayah itu orang yang kayak gimana?" tanya anak perempuan yang sudah kehilangan ayahnya selama bertahun tahun itu.
Usai kalimat itu keluar dari mulut Dini, hati ibu tersentak. Ia tidak menduga pertanyaan itu akan keluar dari mulut Dini.
"Mmm... ada apa sayang? Kenapa kamu tiba tiba nanyain itu? Hmmm?"
"Tadi bu guru ngasih aku tugas. Dia bilang aku harus nyeritain ayah karena sebentar lagi hari ayah. Dan aku gak tau ayah aku kayak gimana. Aku juga belum permah ketemu sama dia. Mmmm... ibu bisa suruh ayah datang ke sini gak? Sekali aja. Aku mau main sama ayah sebentar. Ya, Bu? Ibu bisa kan?" Tutur Dini sambil terduduk dan memegang tangan ibu.
Ibu tidak berkata sepatah kata pun. Ia terbawa lamunannya hingga tanpa sadar air matanya menetes.
"Bu," tegur Dini.
Ibu tersadar dari lamunannya dan mengusap air matanya.
"Mmm... sayang, nanti ibu bicara sama gurunya Dini ya biar Dini gak perlu ngerjain tugas ini. Oke? Sekarang kamu makan ya? Biar ibu masakin kamu makanan yang enak."
Ibu berdiri dan hendak berlalu pergi. Tapi Dini memanggilnya dan membuatnya berhenti melangkah.
"Bu."
"Iya sayang."