Blurb
Tidak semua luka ingin disembuhkan.
Sebagian hanya ingin dipahami.
Aku mencintai dengan diam, bertahan dengan sabar, dan belajar kuat di saat tidak ada pilihan lain. Kehilangan datang lebih dulu sebelum aku benar-benar siap memiliki. Sejak itu, hidup terasa seperti berjalan dengan hati yang selalu siaga—takut berharap, takut jatuh lagi.
Lalu dia hadir, bukan membawa janji, melainkan luka yang serupa. Kami tidak bertemu sebagai dua orang yang utuh, melainkan dua jiwa yang sama-sama lelah. Cinta kami tumbuh pelan, penuh ragu, sering kali menyakitkan—namun nyata.
Bukan kisah tentang bahagia tanpa cela.
Ini adalah kisah tentang bertahan, memaafkan, dan memilih tetap tinggal.
Karena terkadang, dari luka yang paling dalam,
lahirlah buah yang paling jujur.