BUAH KESABARAN

Qolbie
Chapter #3

Teman yang baru

Setiap paginya Sikha selalu menyiapkan sarapan untuk bapaknya dan ibunya sebelum kedunya ke sawah, setiap hari belum pernah sedetik pun jauh dari kedua orang tuanya, selain untuk sekolah, kini gadis itu harus berpisah beberapa hari dengan orang tuanya. Saat itu kedua mata Sikha berkaca kaca, lalu menoleh menengok ke sisi kanannya yang terlihat oleh kedua matanya adalah tempat kursusnya, tempat yang esok akan ia masuki sebagi tempat belajar, dalam hatinya bergejolak rasa, ia harus kuat, ia harus tegar, agar pengorbanan kedua orang tuanya tidak sia sia, dan benar saja, tanganya langsung terangkat dan sesekali menepis mengusap lelehan yang menetes dari kedua matanya di sepanjang jalannya memuju ke tempat kost nya kembali. Saat Sikha sampai di tempat kost tersebut, ternyata disana didalam kamar kost nya, sudah ada dua orang teman yang lebih tua dari Sikha, keduanya ternyata lulusan dari SMA, bukan dari SMP, yang satu bertubuh agak pendek, hitam manis namanya Irma, satu lagi dari kota yang sama dengan Irma, namanya Erni. keduanya dari kota Jombang Jawa timur, dan hanya Sikha yang dari Kota Nganjuk Jawa timur.

"Hei...kenalkan...nama aku Irma." Kata Irma pada Sikha yang sangat welcome pada Sikha, dan saat itu Sikha pun membalas yang sama. Ternyata Irma dan Erni memilih kamar kost yang di tempati Sikha karena memang baru kamar itu yang sudah di tempati, akhirnya keduanya memiliki teman satu kamar. Saat itu ketiganya tengah berbincang bincang, lalu tibalah pendatang baru dari Blitar Jawa timur, yang satu pendek dan sedikit gendut, namanya Tutut, satu lagi bertubuh kurus dan tinggi, bernama Lisna. Keduanya pun meminta izin untuk menempati kamar kost yang Sikha, Irma dan Erni tempati, akhirnya kamar kost yang di tempati Sikha kini sudah penuh. Waktu pun berjalan dengan cepat, dimana saat itu hanya Irma yang membawa setrika, Sore menjelang malam setelah semua usai mandi bergantian dan terlihat segar, akhirnya ke limanya berkumpul di teras tempat kost, melihat kedatangan warga kost yang baru tiba, makin sore makin ramai, sampai semua ruang kamar kost disana penuh dengan orang orang yang akan kursus di tempat yang sama dengan Sikha. Ada pula satu kamar yang paling depan, di tempati oleh beberapa orang dari tempat kursus yang berbeda, ada satu orang dewasa yang sudah berkeluarga, namun bekerja di Dinas perhubungan Kota Kediri, tepatnya di terminal baru Kediri, atau dekat dengan tempat Kos, mbak nya itu berasal dari desa Ngluyu Nganjuk, ternyata tetanggaan dengan Sikha namun jauh. Dan hanya mbak Diah itu saja yang satu kabupaten dengan Sikha. Hingga waktu malam pun tiba, usai dengan beribadah semuanya, terlihat tempat kost sudah sangat sepi, ternyata semua penghuninya sudah pada keluar sendiri sendiri, ada yang mencari makan malam, ada pula yang keluar dengan pacarnya, atau dengan anggota keluarganya. Saat itu tinggalah ke lima orang yang sudah janjian untuk jalan jalan bersama melihat situasi dekat tempat kost dan juga dekat dengan tempat kursusnya. Ya...kelimnya adalah Sikha, Irma, Erni, Tutut, dan Lisna. Teman satu kamar dan juga satu tempat kursus. Kelimanya segera keluar dengan berjalan kaki, tidak lupa membawa sejumlah uang untuk saku membeli makan malam, malam itu. Peraturan di tempat kost tersebut, harus pulang sebelum jam 9 malam, kalau jam 9 malam belum pulang, pintu gerbang akan di kunci oleh ibu kost nya. Kelimanya memutuskan untuk berjalan menuju ke arah barat dari tempat kost, berjalan lebih dari 200 meter, ternyata di barat tempat kost, begitu ramai, disana adalah pasar semen namanya, namun bukan khusus penjual semen, itu adalah nama desanya tersebut, desa semen, pasarnyapun buka setiap hari, tepatnya setiap pagi hari, dan berakhir pukul sepuluh siang.

"Kita mau makan apa nih?" Tanya Irma pada teman yang lain.

"Di kediri tidak afdol kalau tidak mencicipi sambel tumpang." Ucap Erni menimpali temannya itu, dan sesaat semua seperti sedang berpikir, akhirnya semua pun setuju atas usulan Erni, malam itu kelimanya mencari warung nasi pecel tumpang untuk makan malam, dan terdapatlah satu warung pecel di pojok pas perempatan pasar, terlihat ramai orang yang mengantri, dari bannernya sudah dapat di ketahui bahwa warung tersebut menyediakan nasi pecel dan tumpang khas kota kediri. Kelimanya pun mulai ikut mengantri, dengan duduk di pinggir trotoar, karena kursi di dalam warung dan tikar lesehannya sudah penuh dengan orang yang mengantri, setengah jam lamanya kelimanya menunggu, sampai kelimanya mendapatkan tempat duduk di tikar lesehan tepi jalan, samping warung pas. Tak lama kemudian pesanan semuanya sudah datang, ditambah teh hangat yang semuanya pesan.

Ternyata ekspektasi sambel tumpang yang terbuat dari tempe yang di busukan itu kelimanya pikir rasanya sangat tidak enak, nyatanya enak luar biasa, memanjakan lidah kelimanya, hingga akhirnya nasi pecel pincuk dengan sambel tumpang itu pun habis bersih tak tersisa, semua menghabiskan makanannya.

Dan setelah merasa makanan yang di cerna kelimanya sudah turun ke lambung, sembari kelimanya bertukar cerita, lalu melanjutkan perjalanan kembali ke tempat kost, kelimanya sepakat untuk segera kembali untuk menyiapkan pelajaran esok di tempat kursus. Saat sudah sampai di tempat kost, ternyata masih sepi, saat itu belum ada jam 8 malam, dan kelimanya memutuskan untuk masuk kedalam kamar kost, mulai menyiapkan perlengkapan untuk esok, dan pakaian seragam serta almamater yang sudah jadi dan akan esok pakai, semua menggantungnya di almari yang sudah di siapkan di dalam ruang kamar. Seragam khas warna putih, celana panjang dengan baju lengan panjang putih untuk yang berkerudung, dan kerudung putih tentunya, dan kalau untuk yang tidak berkerudung, memakai celana panjang putih, dengan atasan pakaian lengan pendek, namun bagian rambut harus di kuncir rapi. Dengan sepatu pantofel warna hitam semua. Sudah seperti sekolah perawat saja saat itu, dan Sikha serta teman temannya begitu bangga memakai seragam dan alamamater tersebut. Hingga kelimanya bersiap untuk istirahat awal, disana ternyata Irma dan Erni saja yang mempunyai ponsel, sedangkan Tutut dan Lisna, tidak mempunyai ponsel, kedua orang tersebut ternyata sama dengan Sikha, dari lulusan SMP juga. Malam yang dikira semuanya akan cepat berlalu ternyata tidak demikian, karena Tutut dan Lisna ingin tahu kegunaan ponsel, jadi keduanya mencoba mencari tahu di tempat tidur sebelahnya, di bagian tempat tidur bawah, ada Erni yang menempati tempat tidur sendiri, sedangkan di sebelahnya satu tempat tidur yang di tempati Tutut dan Lisna, di bagian atas tepat di atas Erni ada Sikha, di atas tempat tidur Lisna dan Tutut di tempati Irma. Mulai malam itu dan malam malam seterusnya sampai lulus kursus, akan menjadi tempat tidur yang sama untuk kelimanya.

Lihat selengkapnya