Buatlah Aku Terjaga

ida hidayat
Chapter #2

Ganjil

Aku tiba di rumah pukul tujuh malam. Dan seperti biasa, tiada seorang pun menyambut kedatanganku yang lunglai ini. Aku menghempaskan badan ke kursi panjang, merogoh saku celana dan mengeluarkan bungkus rokok dari sana. Isinya tinggal tiga batang, sudah penyet pula. Tapi cukuplah untuk malam ini sampai aku tertidur. Di rumah, aku memang tidak begitu banyak merokok. Kadang hanya satu batang, itu pun tidak sampai habis. Keburu tertidur, tanpa makan atau mandi sebelumnya.


Andaikan saja aku sudah menikah saat ini, tentu hidupku lebih teratur. Makan ada yang nyiapin, pakaian ada yang nyuciin, tidur ada yang nemenin. Dan saat pulang kerja malam-malam begini ada yang masakin air untuk mandi. Tubuhku pasti langsung bugar dan tenaga pulih seratus persen.


Usiaku 27 tahun saat ini dan sudah sangat ingin menikah. Tapi sampai detik ini belum ada satu perempuan pun mau aku nikahi. Setiap kali aku mendekati seorang perempuan dia selalu terlihat buru-buru dengan wajah sedikit panik. Kadang aku berpikir, apakah aku begitu menyeramkan, sehingga orang menjadi buru-buru pergi? Dengan perasaan dongkol sekaligus tak bisa berbuat banyak, aku menatap wanita itu pergi dan lenyap di tikungan.


Ya sudahlah. Kata orang, jodoh tak akan lari ke mana. Andai sudah waktunya dia akan mudah ditemui melewati momen tak disangka-sangka. Aku percaya, semua akan indah pda waktunya.


Perlahan mataku mulai terasa berat, tubuh melemas. Dan akhirnya, aku pun tertidur dengan rokok masih menyala di tangan.


Aku terkejut, merasakan pipi dan badanku yang tiba-tiba terasa dingin. Lebih herannya lagi, ternyata aku dalam posisi tidur telungkup. Gelap gulita menyelimuti diriku. 


Lihat selengkapnya