Dari hari itu, aku mencoba untuk tidak pernah lagi lari,dan menangis ketika melihat damar dan gladis bersama,hujan deras hari itu membantuku menyembunyikan luka dan tangis,sungguh miris ketika kau harus mencoba diam saat kau sedang terluka.Hujan deras itu membuat ku jatuh sakit,entah itu sakit karena hujan atau sakit yang tak terlihat namun ada.Suara wanita tua yang mengetok pintu kamar sambil memanggil namaku,memecah lamunanku pagi itu.Dia ibuku,saat mengetahui aku demam setelah pulang terguyur hujan,ia sangat khawatir.
“Hai sayang,kau sudah bangun???.” Dengan membawa nampan yang terdapat mangkuk sup.
“Iya bu,yonna sudah bangun.” Tersenyum hangat menjawab pertanyaan ibu.
“Ayok sayang bangun dulu,makan supnya selagi hangat,setelah itu minum obatnya.” Menyimpan nampan di samping meja kecil.
“Iya bu,nanti yonna makan,maksih ya bu udah jaga yonna,sejak kemari siang.” Menggengam tanggan ibu.
“Iya sayang,tapi kamu ada masalah apa???.” Sambil membelai rambutku pelan.
Aku sunguh sangat lupa,ibu selalu memahami ku lebih dari diriku sendiri,ibu akan mengetahui apa yang sedang aku rasakan,meskipun aku tak berucap.Ibu pasti mengetahui bahwa sekarang aku sedang memiliki masalah.
“Nggak kok bu,yonna ngk ada masalah sama sekali.” Menunduk sambil menyeruput kuah sup hangat.
“Sayang,ingat kata-kata nenek waktu itu,ketika orang yang sedang berbohong,ia tak akan berani menatap lawan bicaranya,sayang ibu tau kau sedang memiliki masalah,jika kau tak ingin menceritakannya sekarang tak apa,ibu akan menunggu,ketika kau siap menceritakannya.” Mengelus bahuku dan pergi meninggalkan ku di kamar,sambil merenung apa yang ibu katakan padaku.
Setelah aku selesai menghabiskan semangkuk sup hangat dari ibu,aku turun ke bawah untuk menyimpan mangkuk sub itu ke dapur,aku melihat ibu sedang memotong sayur di meja makan.
“Kau sudah menghbiskan makananmu yon???. Tersenyum lembut padaku yang berjalan masuk ke dapur.
“Sudah bu.” Berjalan masuk dapur.
Ibu kembali,sibuk memotong-motong sayur.Dengan perlahan-lahan aku duduk di kursi yang berada di samping ibu.Aku sedikit canggung untuk memulai pembicaraan pada ibu.
“Ibu..ibu..”
“Iya sayang,kenapa???.”
“Ini bu,anu bu,ituloh bu.”Dengan wajah gugup dan tangan gemetar.
“Iya sayang,ada apa bicara langsung saja,kok canggung???.”
“Ituloh bu,surat sakit yonna di titipkan kesiapa???.” Dengan senyum yang lebar.
“Oh surat sakitnya yonna,ibu titip ke damar tadi pagi.”
“Jadi damar tadi pagi datang bu!!!.” Dengan ekspresi terkejut.
“Iya,memangnya kenapa sayang,bukannya damar sudah biasa kesini setiap mau berangkat sekolah.” Masih memotong sayur.
“Ngak sih bu,ngk kenapa-napa.Emmm bu,yonna sebenarnya mau bicara sesuatu.”
“Bicara apa sayang???,oh iya ibu sampai lupa,tadi pagi damar datang dengan seorang gadis,kalau ngk salah namanya gladis.” Sambil memandangku dengan senyum.
“Damar datang dengan gladis bu???.” Dengan alis naik sedikit keatas.
“Iya,itu nama gadis yang tadi pagi,katanya nanti sore mereka mau kesini,untuk jenguk yonna,oh iya yonna mau cerita apa ke ibu???.” Berheti memotong sayur.
“Nggak jadi bu,yonna mau istrahat dulu di kamar,yonna keatas dulu ya bu.” Berdiri dan berjalan keluar dapur.
“Yasudah.” Melanjutkan memotong sayur.
Sungguh banyak sekali pertanyaan di dalam benakku,hingga membuat kepalaku sampai sakit,pertanyaan-pertanyaan dalam benakku,membuatku tak mampu berpikir dengan baik,di kamar aku kini berbaring,sambil menahan sakit pada kepalaku.
“Sungguh memikirkan mereka membuat kepalaku sakit.” Memegang kepala untuk menahan sakit kepala.
“Aku tidur saja,mungkin akan membaik setelah aku bangun nanti.”