Saat aku membuka lembaran selanjutnya tertulis pada lembar kertas buku hariannya,18 Juni 1996,di kertas buku harian itu,tidak tertulis judul dari kejadian harinya,dan terlihat bercak darah pada lembaran kertas pertama dan diikuti 3 lembar kertas yang berada di belakangnya,tinta hitam itu tertutup dengan warna merah darah yang menutupinya namun masih bisa kubaca dengan benar,kalimat pertamanya membuatku mudah mengetahui,bahwa ini lanjutan cerita pilu cintanya.
Siang itu menjadi hari yang paling menyakitkan buatku,mendengar bahwa damar menyatakan cinta pada gadis yang ia cintai,dan gadis itu bukanlah aku melainkan gladis.Entah harus bagaimana caranya agar aku bisa Nampak tak apa-apa di depan damar dan gladis,entah aku yang terlalu bodoh atau mereka yang begitu pintar,mengatakan padaku sebagai kawan lama yang bertemu kembali,namun diam-diam mereka saling mengagumi,mereka sebenarnya saling menyukai sejak awal pertemuan kembali damar dan gladis,dan memang benar gladis memiliki kesempatan lebih awal mengenal damar dari pada aku.
Kini aku sendiri duduk di kursi taman yang menjadi awal pertemuanku dan damar,aku duduk sambil mengenggam erat kado yang akan ku berikan pada damar hari ini,dan seharusnya hari ini damar mengetahui perasaanku dan menjadi hari kebahagiaan bagiku,namun ini menjadi bertolak belakang dan berubah menjadi hari kesedihan bagiku.Aku tak berhenti menangis siang itu,dan tiba-tiba kepalaku sangat sakit,hingga tak mampu kutahan sakitnya tidak seperti hari-hari biasanya yang bisa kutahan rasa sakitnya,namun rasa sakit kepalaku membuat mataku kabur dan darah keluar dari hidungku,aku mencoba berdiri perlahan dan berjalan untuk meminta bantuan,namun ini menjadi kepercumaan tubuhku seperti ada yang mendorongku perlahan,dan mataku tertutup.Setelah itu aku tidak mengingat apapun yang terjadi padaku.
Aku mendengar suara tangisan dari seorang wanita tua berada disampingku,ia terus memanggil namaku untuk mencoba membuatku sadar,perlahan-lahan ku buka mataku dan kulihat ayah,ibu,dan adekku berdiri disampingku.Ibuku menagis sambil mengenggam tanganku,aku tersenyum pelan pada kedua orang tuaku dan pada adek cowok kesayanganku.Aku bertanya pada ayahku mengapa ibuku menangis.
"Ayah,mengapa ibu menangis apa yang terjadi padaku,dan dimana aku ayah???." Dengan penuh tanya pada benakku.
"Tenanglah yon,kau sedang berada dirumah sakit sekarang." Menahan tangis.
"Mengapa yonna dibawa kerumah sakit???."
"Kau tadi pingsan yon,jadi kau di bawa oleh beberapa orang kerumah sakit,dan untungnya mereka membawamu kerumah sakit tempat paman bekerja,jadi paman langsung menelfon ayah."
"Tapi seingat yonna,yonna ada ditaman sambil duduk mengenggam kado untuk damar,ayah dimana kado itu???." Mencoba berdiri mencari kado.
"Ada sayang,kau istrahat saja kadonya akan ayah bawakan untukmu???."
"Ibu..,yonna baik-baik saja ibu ngak perlu khawatirkan yonna,yonna paling hanya kecapean,makanya jatuh pingsan."
"Ia sayang,ibu ngak akan nagis lagi." Mencium keningku yang terbaring lemah di tempat tidur.
Malamnya,ayah dan ibu membawaku pulang kerumah,aku melangkah menaiki tangga di bantu oleh ayah dan ibuku,dan adekku dimas mengenggam kado yang akan ku berikan pada damar.Sesampai dikamar,ibu menyuruhku untuk beristirahat.Aku bingung dengan prilaku ayah dan ibu yang menganggap sangat serius tentang pingsanku tadi siang.Tiba-tiba ada yang menelfon ayah lewat telfon rumah dilantai satu,langsung saja ayah bergegas menuju lantai satu untuk menerima telfon itu.Aku kemudian menarik tangan ibuku untuk bertanya mengenai sakitku.
"Bu,sebenarnya yonna sakit apa,kenapa ayah dan ibu begitu khawatir untuk masalah kecil ini???."
"Yonna anak ibu dan ayah,ngak mungkin ayah dan ibu tidak khawatir,dan untuk sakit yonna sakitnya ngak parah kok sayang,yonna pasti sembuh kok." Berbicara sambil tertunduk.
"Oh iya bu,ayah dan ibu jangan beri tauh damar dan teman-teman lain yonna ya,yonna ngak mau nanti damar dan yang lain khawatir."
"Iya sayang ibu dan ayah tidak akan memberi taukan pada mereka terutama damar."
Kemudian ibu pergi dan disusul dimas yang pergi sambil menutup pintu kamarku,aku kemudian berdiri dan meraih kado yang akan ku berikan pada damar,yang diletakan dimas di meja kacaku.Aku mengambil kado itu,kubuka dan kukeluarkan syal itu.Aku kembali mengingat kejadia siang tadi di lapangan sekolah.Kemudian aku mendengar suara mobil yang berhenti didepan rumahku,karena penasaran aku melihat dari jendela kamarku,ternyata itu adalah mobil pamanku yang menjadi dokter dirumah sakit tempatku dirawat siang tadi.Dari dalam mobil ia mengeluarkan map coklat di tangannya.
Dari dalam mobil juga,keluar seorang pria tua dengan jas putih khas dokter,pria itu lebih tua dari pamanku,dari kamar aku bisa melihat ayah sedang berdiri didepan menyambut kedatangan paman dan pria paruh baya itu.Kemudian mereka masuk kedalam rumah,karena penasaran lagi aku memaksa tubuhku yang lemas untuk keluar dari kamar,dari kamar aku melihat ayah mengajak paman dan pria paruh baya itu kedalam ruang kerja pribadi ayah.Aku berjalan menuruni tangga dengan pelan-pelan agar tidak terjatuh dari tangga.
Sesampainya di depan ruang kerja ayah,aku mencoba mengintip dari sela-sela pintu yang terbuka.Aku tidak hanya melihat ayah,paman dan pria paruh baya,namun disana juga ada ibuku dan dimas,yang menaggis setelah membaca kertas laporan kesehatanku yang di bawa pamanku.Aku melihat ayah mencoba tegar di depan semuanya,adekku memeluk ibu sambil mengatakan sesuatu yang pelan namun samar-samar kumengerti.