Setelah membaca lembaran tanpa judul itu,aku menyadari ini adalah alasan ia meninggalkan Kota,Negara,dan kenangannya.Aku mencoba untuk tetap tidak menanggis,angin di taman ini seperti ingin menghiburku yang terlihat sedih,aku mencoba menarik napas panjang secara perlahan untuk melanjutkan membaca,kupandangi langit siang yang cerah hari ini dan melihat daun-daun kering yang menerbangkannya.Kulanjutkan membaca buku harian tua miliknya,kudapati kalimat pertama yang ada pada lembar pertama adalah 'Kembali'.
Entah sudah berapa lama aku berdiri memandang dedaunan kering yang bertiup angin yang berhembus dari jendela ini,kamar putih bersih yang sekarang sudah tidak asing bagiku,aku masih sibuk dalam lamunanku menghitung waktu yang ada,sudah begitu lama aku meninggalkan dia tanpa kalimat selamat tinggal,tak terasa sudah sepuluh tahun aku berada di Negara ini,dan meninggalkan semua kenangan bersama waktu yang bergulir.Entah sudah seperti apa dia sekarang,aku tersenyum lembut setiap kali mengingatnya,dan terkadang menangis ketika mengingat kejadi saat di acara sekolah.
Entah mengapa aku masih tetap tidak bisa melupakan semua tentangnya,sedangkan aku sudah mencoba berdamai bersama waktu untuk mencoba melupakan.Tiba-tiba suara dari balik pintu yang membuka pintu kamarku,dibalik pintu muncul seorang suster yang sejak dulu sudah menjagaku,namanya suster Syila persis seperti nama temanku saat pertama masuk SMA,Ia bersal dari Indonesia,jadi tak heran aku mudah sekali berbincang dengan nya.
"Hei Yonna mengapa kau melamun lagi???. Mendorong meja makan yang ia bawa untuk ku.
"Tidak kok,Yonna hanya sedang melihat dedaunan kering yang berhembus." Tersenyum melangkah menuju tempat tidur pasien.
"Ayolah yon,kau sudah mengangapku seperti bibimu dan ibumu sudah mengangap ku sebagai adiknya,apa kau tak mau curhat pada bibmu ini???."
"Tentu saja mau,tapi terkadang semua hal tak perlu diceritakan kan bi???,terkadang ada sebagian hal yang memang harus disimpan dan tidak di beritau." Memandang kearah luar jendela.
"Memang terkadang sebagian hal harus disimpan,tapi jika hal itu akan terus menyayat hati dan menjadi luka pada dirimu,sebaiknya di bagi.Tapi jika kau tak ingin membagi tak apa,aku tau kau kuat." Berjalan kearahku,dan menyodorkanku semangkuk sop.
"Hanya Ibu dan Bibi yang mengetahui apa yang kurasakan untuk saat ini." Tersenyum mengambil mangkuk sop yang di berikan.
"Oh iya,hampir lupa Ibumu sebelum pergi menitipkan sebuah paket dari Indonesia,katanya ini dari sahabatmu." Berjalan mengambil surat.
"Benarkah bi???,aku sangat bahagia.Sudah lama kedua temanku tak mengirimkanku paket lagi,terakhir kali mereka mengirimkanku paket setahun yang lalu." Berdiri dari tempat tidur dan tersenyum lebar.
"Ini dia suratnya Yon." Tersenyum sambal berjalan,menyodorkan surat Lail padaku.
"Terimakasih banyak bi." Tersenyum padanya.
"Bibi tinggal dulu ya,jika kau memerlukan seseuatu kau tau harus apakan yon." Berjalan meninggalkan kamar.
"Yonna tau harus apa bi." Membalas senyumnya.