Setelah mendapat surat dan undangan darinya,aku berpikir terus menerus apakah aku harus menghadiri acara itu atau tidak.Kugenggam erat undangan yang ia kirim,kupandang langit biru musim panas yang masih berlangsung,angin yang berhembus mengangkat dedaunan kering yang terjatuh dari pohon yang sering kulihat,aku pandang lekat-lekat untuk mengartikan dan mencoba belajar dari sehelai daun,ia tak akan membenci angin yang telah menjatuhkannya,aku menyadari semua harus selesai,aku tak boleh berlari dari masalah yang ada,masalah bukan untuk dijahui namun untuk diselesaikan.Jika aku datang menghadiri acara pernikahannya,ia akan merasa baik-baik saja melihatku yang sudah melupakan semuanya.Semua yang kita inginkan tak selamanya harus kita miliki,terkadang dari beberapa pilihan hanya satu pilihan yang bisa kita dapatkan,dan pilihan yang dapat terjadi adalah ia juga memiliki rasa padaku,namun rasa ini tidak diikuti dengan perasaan saling memiliki.Aku akan baik-baik saja,saat melihatnya.
Ke esokan paginya aku berbicara pada ibu dan ayahku untuk bisa diizinkan kembali ke Indonesia untuk menghadiri acara pernikahan Damar dan Gladis.
"Ayah,Ibu...Apa boleh Yonna kembali ke Indonesia untuk menghadiri acar pernikahan Damar dan Galadis???." Menatap kedua nya menunggu jawaban.
Mereka saling menatap,dengan wajah keheranan terutama Ibuku yang mengetahui sampai saat ini aku masih mencintai Damar,kemudian ia berdiri dari kursi dan berjalan kearahku yang terbaring di tempat tidur.
Kemudian ia perlahan mengelus kepalaku yang yang kini tak tersisakan sehelai rambut,dan mencium keningku.Aku tau ia sedang menangis karena permintaanku yang ingin kembali ke Indonesia.
"Mengapa kau harus merasakan penderitaan ini sayang???." Menahan tangis.
"Ibu,tak perlu khawatir,Yonna baik-baik saja." Tersenyum meyakinkan padanya.
"Tetaplah bertahan sayang." Kembali mencium keningku.
Sudah tiga hari setelah pembicaraan ku pada Ayah dan Ibu,mereka meberiku izin untuk kembali ke Indonesia,dan besok aku akan kembali menjemput masa lalu yang kutinggal setelah dari malam panjang itu.
Saat berkemas pakaian yang akan ku bawa,tak lupa pula syal yang ku rajut untuk di berikan pada Damar pada hari itu di sekolah ku bawa juga,untuk menjadi kado pernikahannya.Selalu terlintas pada ingatanku bagaimana dirinya setelah sepuluh tahun beralulu,aku yakin sepuluh tahun adalah hari-hari yang berat baginya untuk melalui hari tanpa adanya diriku.Tapi kini aku merasa lega,ia akan bersama wanita yang memang seharusnya bersama dengannya.Wanita yang tidak memiliki kekurangan apapun pada dirinya.
Saat berkemas,aku mendengar suara seseorang mengetuk pintu kamarku,langsung saja aku menoleh kearah pintu,dan dari balik pintu ku dapati suster Syila mengenggam tangan Karina.Aku menatap wajah keduanya yang tampak sedih melihatku akan kembali ke Indonesia,Karina berlari kearahku dan langsung duduk di sampingku.Suster Syila berjalan perlahan mendekatiku dan Karina.
"Apa yang kau pikirkan Yonna???." Sambil meletakkan pakaian kedalam koperku.
"Tidak,aku tidak memikirkan apapun." Masih menunduk untuk mengatur pakaian.
"Kau tau Yon,lisan mampu menipu banyak orang,namun wajah yang kau tampakkan tidak bisa menipu siapapun yang sudah mengenalmu lebih baik dari dirimu sendiri."
"Aku hanya berpikir,jika aku kembali dan menemui Damar,apa yang kan terjadi???."
"Apa kau takut ia akan membatalkan pernikahannya dengan Gladis???." Menunduk masih mengatur pakaianku.
Mendengar perkataan suster Syila,yang mengatakan ketakutanku,aku langsung terdiam dan berhenti mengatur pakaianku,aku menunduk cukup lama dan baru mengatakan sesuatu padanya.
"Ya...Itu yang kutakutkan." Mulai melanjutkan mengatur pakaian.
"Jika kau merasa takut untuk hal itu pergilah bersama Karina,kau akan membutuhkan Karina jika terjadi sesuatu saat kau menghadiri acara pernikahannya."
"Apakah dengan mengajak Karina ia akan membantu ku???."
"Tentu saja Ibu,aku akan selalu membantumu." Sambil tersenyum menatapku.
"Karina mau ikut Ibu ke Indonesia???."
"Tentu saja,Karina tidak ingin jauh dari Ibu."
"Baiklah,kita akan ke Indonesia besok."
Paginya,Ayah mengantarku dan Karina kebandra,berat rasanya jika harus kembali namun ini adalah pilihan terbaik yang harus ku ambil,jika tidak. Damar tidak akan hidup bahagia bersama pasangannya.Tak lama pesawat meninggalkan bandara,Karina duduk disampingku mengenggam erat tangan ku,ia tampak sedikit takut karena baru pertama kali ia meninggalkan Singapura.
"Ibu,seperti apa pria yang bernama Damar???."
"Dia pria yang sangat baik."
"Oh benarkah bu,aku sangat ingin menemuinya,menemui pria yang membuat Ibu tertawa dan bersedih selama sepuluh tahun ini." Tersenyum lebar kepadaku.
Taklama,pesawat mendarat di bandara Internasional di Indonesia.Saat memasuki gedung bandara ini,aku mengingat bagaimana terakhir kalinya aku pergi meninggalkan kenagan disini.Kemudian ada suara seorang pria muda yang memanggilku,saat aku berbalik ternyata Ia adalah Dimas adek kesayanganku,Ia sudah setahun lalu kembali Ke Indonesia.Langsung saja ia menghampiriku dan Karina.
"Hai kak Yon!!!!." Melambaikan tanggan padaku dan Karina.
"Dimassss!!!!."Membalas melambaikan tanggan di ikuti dengan Karina.
"Apa kabar kak???,senang bisa melihat kakak kembali ke Indonesia,Dimas masih ngak percaya sampai sekarang kakak mau kembali ke Indonesia hanya untuk menyaksikan pernikahan kak Dimas."
"Hmm,kakak juga ngak akan percaya akan kembali ke Indonesia setelah sepuluh tahun pergi,kakak pikir tidak akan pernah kembali,tapi ini masalah yang harus diselesaikan." Memperbaiki Syal Karina.
"Ibu,apa kita bisa makan sekarang,Karina lapar sekali???."
"Hai Karina,apa kabar kau sekarang???."