Bucin Tolol

Nabila Rindra
Chapter #3

Aaron: Kehilangan Pacar

Hal yang paling kuinginkan sebagai penderita LDR adalah portal lintas tempat supaya aku bisa menemuinya kapan saja.


[Aaron Williams—Si ADHD Random]


De Holâ Office, Monako, 13.40


“Berita macam apa ini?! Kamu kira Yang Mulia Pangeran akan diam saja melihat kamu menuduh keluarganya melakukan skandal?!”


Aku melempar map berisi outline berita yang akan naik cetak hari ini. Aku tidak tahu apakah CEO media cetak lainnya akan mengecek setiap berita yang akan diterbitkan, tapi aku tidak peduli. Aku harus melakukan ini kalau tidak mau dituntut oleh istana lagi karena membuat berita hoax.


“Ta-tapi Sir....”


“Aku tidak peduli! Kamu tidak boleh mencetak berita itu atau aku akan memecatmu!”


Jason mengangguk lemas, lantas berbalik dan keluar dari kantor. Satu tanganku mengurut dahi, lelah menghadapi para editor yang hobi membuat berita gosip tanpa memikirkan dampaknya. Padahal aku sudah mewanti-wanti mereka supaya berhati-hati setiap kali menulis berita, tapi ada saja yang melanggar demi popularitas dan uang.


Menjijikkan!


Kulirik jam, kemudian menelepon bagian dapur dan meminta dipesankan makan siang. Gara-gara semua berita sampah yang diajukan para editor, aku sampai tidak ingat kalau hari ini aku belum menghubungi Langit sama sekali dan makan siang.


Tanganku sigap menekan tombol laptop, disusul kotak-kotak yang menampilkan wajah teman-temanku. Teman-teman keparat, tapi entah kenapa aku sayang mereka.


“Kenapa mukamu kusut gitu? Diancam kerajaan lagi?” tanya Annette girang.


“Kamu kira kerajaan ini jaman Tudor yang kalo bikin masalah dikit langsung dipenggal?” balasku emosi. “Biasalah. Editorku lagi bucin sama duit, jadi apapun dia lakuin demi dapatin duit banyak dalam waktu singkat.”


“Suruh aja dia jual ginjalnya.” Erold menyahut. Kulihat kamera menyorot, namun dia malah sibuk dengan kunci Inggris di tangannya. “Pengen duit kok lewat jalur haram.”


“Bilang sendiri ke dia.” Aku menyandarkan punggung, lalu membuka kotak makan dan meraih sepotong bakwan. Tak lupa kupamerkan di layar sambil bertanya menggoda, “Kamu gak mau, Ann?”


“Gak usah pamer-pamer bakwan dulu! Aku lagi gak mau lihat bakwan!”


“Lho, kenapa? Enak lho, apalagi kalau makannya dicocol saos.” Kusengaja melakukan hal tersebut dan memamerkan bakwan berlumur saus dan mustard ke depan kamera, lantas menyumpah saat saus mustard malah tumpah ke atas keyboard-ku.


“Semalem aku hampir mati gara-gara temenmu tuh!”


“Siapa? Bukannya Nathan kemarin ke Hongkong?”


“Iya, tapi habis itu dia kabur setelah mutusin Alex!”


“WHAT?!”


Fokusku teralih saat terdengar ketukan di pintu. Aku berteriak mengiyakan, lantas Daniel—si office boy menghampiri dan meletakkan kantong kertas berisi makanan.


“Ini semua yang kupesan tadi kan?” tanyaku memastikan.


Daniel mengangguk. Dia membungkuk sedikit dan berbalik menuju pintu, kemudian aku kembali menatap layar begitu pintu tertutup.


“Kamu putus sama Alex, Nath? Kenapa? Kapan? Penyebabnya apa?” tanya Claudia—gadis berambut cokelat sebahu yang sejak tadi sibuk dengan majalahnya. Di belakang dan sampingnya, dua orang sibuk mengurus rambut dan wajahnya. Mungkin dia ada pemotretan lagi siang ini.


“Karena dia mau ke Italia. Katanya dapat beasiswa di sekolah seni gitu." Nathan menyahut lemas. “Terus aku putusin karena gak mau ganggu kesibukannya.”


Sesaat kami semua terdiam. Ini mungkin menyakitkan bagi Nathan. Dia mencintai Alex dan Annette secara bersamaan, namun Annette yang rasional dan waras menolak. Akhirnya dia beralih pada Alex yang sialnya malah membalas cintanya dan membuat Nathan semakin tidak waras dengan segala tingkah bucinnya yang menjurus ke arah tolol.


Kadang aku iba dengan Nathan yang kelewatan idiotnya jika sudah mengenal cinta. Belum pernah berpacaran bukan berarti membuat kita jadi culun kan? Langit pun juga pacar keduaku, tapi bahkan terhadap pacar pertamaku dulu, Katherine, aku tidak pernah setolol Nathan.


“Terus sekarang kamu available, Nath?” tanya Claudia.


“Iya. Kenapa? Kamu mau gantiin?” balas Nathan riang.


Lihat selengkapnya