GEDUNG NUSANTARA II DISERANG TERORIS! Begitu tajuk berita pagi yang nyaris seragam di semua saluran televisi. Memanaskan suasana pagi. Padahal pagi masih berselimut sejuk akibat gerimis tiada henti.
Masyarakat terperanjat, masyarakat dibuat traumatis, masyarakat pun karut oleh kabar penyerbuan gedung wakil rakyat di pagi hari ini. Tetapi, tidak demikian halnya dengan media sendiri. Sebagaimana adagium bad news is good news, media yang memanaskan pagi justru menyikapinya marak.
Semisal kru media televisi. Sepagi ini mereka sudah berdatangan ke Kompleks Parlemen Senayan. Ramai-ramai menyiarkan laporan pandangan mata secara live. Kabar kelompok bersenjata tak dikenal menyerbu Gedung Nusantara II, sepertinya bakal menjadi program acara unggulan mereka.
Ada yang memperlihatkan iba di layar kaca. Seorang reporter perempuan dari saluran televisi berita tampak berlinang air mata. Dengan tersedu-sedu ia melaporkan pengalamannya sendiri. Ia memang berada di Gedung Nusantara II saat penyerbuan terjadi. Masih dalam kondisi trauma sesungguhnya. Namun, ia sadar akan tuntutan profesionalitas sebagai jurnalis televisi.
Reporter perempuan itu adalah saksi mata di tempat kejadian. Ia beruntung. Karena posisinya berada di dekat pintu samping di lantai satu, ia berhasil menyelinap keluar. Langsung melarikan diri sebelum sempat disandera kelompok bersenjata.
Dalam penuturannya, awalnya ia dan sejumlah pimpinan DPR yang sedang diwawancarainya dikejutkan oleh kehadiran tiba-tiba kawanan badut. Jumlah mereka sekitar lima belas orang. Tanpa permisi apalagi basa-basi dahulu, tamu-tamu dadakan itu langsung bertingkah menggemaskan ala pertunjukan badut sirkus. Hingga sebagian besar anggota dewan dibuat tergelak melihat polah lucu mereka.
Tak ada seorang pun anggota dewan curiga. Kebanyakan berpikir, badut-badut lucu itu hanyalah komponen masyarakat yang hendak menyampaikan aspirasi. Mereka sengaja datang menyamar dan bertingkah laksana badut. Barangkali supaya beroleh atensi lebih dari para anggota dewan.
Keadaan langsung berubah mencekam seketika. Sekonyong-koyong badut-badut itu kompak menyingkap kostum badut mereka. Lantas mengeluarkan senjata api yang menempel di tubuh masing-masing.
“Badut-badut itu tidak pakai kasihan menembaki anggota dewan. Tidak pilih-pilih sasaran, semua anggota dewan baik pria maupun wanita terus diberondong tembakan membabi buta,” tutur reporter perempuan itu dalam siaran laporan pandangan mata. Ia pun melaporkan bila puluhan anggota dewan terkena terjangan peluru. Belasan langsung tewas di tempat.
Tidak hanya di lantai satu, kawanan badut bersenjata melanjutkan aksi brutal mereka ke lantai atas. Mereka kiranya datang ke Gedung Nusantara II tak hendak bermaksud melucu. Mereka tahu diri, soal melucu para anggota dewan adalah pakarnya. Oleh karenanya mereka datang hanya untuk menebar teror.