BUDAK CORPORATE

Onet Adithia Rizlan
Chapter #1

TELEPON dari RUMAH

Suasana ruangan kantor terlihat sibuk dengan lalu lalang pegawai dan staf yang keluar masuk ke tempat kerja mereka masing-masing. Ruangan yang besar dan luas itu disekat-sekat menjadi partisi ruangan yang menjadi tempat bekerja para pegawai dan staf. Partisi itu berdinding setengah tiang, karena itulah setiap pegawai dan staf yang sedang bekerja di dalam partisi bisa terlihat dengan jelas oleh siapa pun yang masuk ke ruangan besar tersebut.

Di pojok bagian kanan tampak seorang wanita muda berusia sekitar dua puluhan, sedang sibuk mengetik di komputernya. Tiba-tiba ponsel yang ia letakkan di meja dekat keyboard komputer berbunyi. Perempuan muda itu menoleh dan melihat ponselnya yang berbunyi, lalu dengan malas-malasan ia mengangkat ponselnya itu.

"Ya, hallo..." 

Terdengar jawaban dari seberang sana.

"Mbak Anun, jadi pulang apa tidak? Kondisi Ibu semakin mengkhawatirkan ini."

"Aku belum bisa pulang. Di kantor lagi sibuk. Sekarang sudah mendekati akhir bulan. Banyak pekerjaan," sahut Anun malas.

"Aku khawatir, Mbak ..."

"Seperti yang dulu-dulu juga begitu. Aku bela-belain pulang padahal kerjaan di kantor lagi menumpuk. Eh, nggak taunya Ibu nggak kenapa-napa. Dia hanya masuk angin, kukerokin juga sembuh," Anun beralasan.

"Tapi kali ini, perasaanku nggak enak, Mbak. Pulanglah cepat."

Anun terdiam sejenak. Ia menarik napas dan menghembuskan nafasnya perlahan.

"Ibu sudah dibawa ke rumah sakit?"

"Belum, Ibu masih di rumah kita. Dia nggak mau dibawa ke rumah sakit. Aku sama Bapak yang merawatnya."

Anun terlihat kesal. Ia geleng-geleng kepala.

"Kalau Ibu masih kuat di rumah, itu berarti sakitnya tidak terlalu mengkhawatirkan."

"Ya, sudahlah. Kalau Mbak Anun nggak mau pulang. Jangan salahkan aku jika nanti terjadi apa-apa terhadap Ibu."

Anun terlihat kesal ia berbicara dengan nada tinggi, tapi berusaha ditekan agar tidak terdengar oleh teman-teman kerjanya yang berada di partisi ruang mereka yang berdekatan dengan Anun.

"Kok, kamu jadi ngancam Mbak, sih?'

"Siapa yang ngancam, Mbak? Aku hanya khawatir."

"Cari kerjaan itu susah, Nut. kamu kan tahu berapa lama Mbak jadi pengangguran sampai dapat pekerjaan ini? Lagian baru sebulan lalu Mbak permisi nggak masuk kerja dan pulang ke rumah kita. Mbak kehilangan waktu dengan keluarga, itu juga untuk kalian, kan? Bantu biaya sekolah kamu, bantu-bantu biaya di rumah. Gaji Bapak sebagai sopir truk, tidak cukup untuk melangsungkan kehidupan keluarga."

Lihat selengkapnya