Di sebuah sekolah SMA IT GENERASI SOLEH terlihat Nabila tengah bersalam-salaman dengan para pengajar yang baru ditemuinya di hari pertama ia mulai mengajar, semua tampak ramah, para guru wanita terlihat rapi dan anggun dengan kerudungnya begitupun para pengajar pria tampak rapi dan dengan peci penutup kepala.
"Bu guru Nabila mari saya tunjukkan kelas pertama Ibu mengajar." Seorang guru pria berpenampilan rapi bahkan sangat rapi, rambutnya tampak diolesi minyak rambut dan di sisir klimis sekali hingga anak-anak muridnya banyak yang mengatakan jikalau lalat hinggap di rambut pak Saefudin pasti lalat itu bakal terpeleset. Pak Saefudin sudah mengajar di sekolah ini sudah lebih dari lima tahun dan mengajar sebagai guru bahasa Indonesia. Hidupnya masih sendiri dan sedang menanti jodoh, karena begitu tinggi kriteria jodohnya. Jadi, sampai sekarang ia belum menemukan wanita yang di idamkan, tapi hari ini seolah doa-doanya telah di jawab oleh Allah dengan datangnya Nabila sebagai pengajar di sekolah ini.
"Baiklah Pak, kalau tidak merepotkan." Nabila meraih tasnya yang berada di meja kantornya.
"Tentu tidak Bu. Oh ya, hari ini Ibu mengajar di kelas apa?".
"Kelas 12 IPS 5."
"Kelas 12 IPS 5 letaknya ada di lantai dua. Sabar ya Bu, kelas 12 IPS 5 itu terkenal dengan anak-anaknya yang badung."
"Oh ya?" Nabila tersenyum tipis.
"Iya, Ibu lihat saja nanti. Ayo saya antar." Pak Saefudin dan Nabila berjalan beriringan, sesekali mata pak Saefudin mencuri pandang ke arah Nabila, "inilah jodoh yang ku nanti," bisiknya dalam hati sembari menyembunyikan senyum bahagianya.
Di kelas 12 IPS 5 terlihat anak-anak dalam kelas tengah sibuk sendiri-sendiri. "Ada guru baru, cantik!" teriak salah satu murid yang bernama Yudi yang membuat semua terdiam. "Bohong! Kamu pasti cuma ngerjain." Faesal murid terbadung di kelas, yang belakangan ini sering sekali tidak masuk sekolah. Dan tibalah Nabila di depan pintu kelas seorang diri karena pak Saefudin hanya mengantar sampai di ujung koridor sekolah.
"Wow! Ibu cantik sekali," celetuk Aini sang ketua kelas, sedang Faesal terus terbengong-bengong. "Hei, tutup mulutmu, mangap ae!" tegur Yudi pada Faesal sambil mengusap wajahnyal agar menutup mulutnya..
"Astaghfirullah Yud, ayu tenan bu gurune."
"Alah, monyet di pakein pita juga di bilang cantik sama kamu."
"Diem-diem, bu guru liatin kita."
"Assalamu'alaikum." Nabila mulai memperkenalkan dirinya sebagai guru baru dan mengajar pelajaran agama Islam telah tentang Al-Qur'an dan Hadis. Anak-anak begitu memperhatikan dan antusias, apalagi ketika Nabila mengaku dirinya masih single. Murid laki-laki bertepuk tangan, sedang murid-murid perempuan menyorakinya. Tibalah Nabila mulai menjelaskan materi pelajaran, semua nampak memperhatikan. Namun tidak dengan Faesal, ia terus terpesona pada guru barunya itu hingga membawanya dalam lamunan tentang Fahri dan Aisyah dalam novel Ayat-ayat Cinta. Karena gurunya yang cantik itupun berkuliah di Mesir, tempat Fahri dan Aisyah bertemu.
Di kejauhan tampak seorang wanita bercadar tengah memanggilnya. Sedang ia tengah berdiri di tepian sungai Nil. Ya…, ia tengah menunggu Aisyah yang ia bayangkan wajahnya seperti ibu guru Nabila.
"Fahri!!" Perempuan bercadar hitam itupun lari mendekatinya, ketika sampai di depannya ia pun menghampiri dengan mesra, ia meraih kedua tangan Aisyah.
"Aisyah …."
"Fahri…." Fahri pun membuka cadar Aisyah penuh perasaan lalu Aisyah pun tersenyum manja pada Fahri.
"Aisyah, maukah kau menikah denganku?"
"Hei, di tanyain tu sama bu guru!" Suara Yudi mengagetkan lamunannya hingga Faesal pun menyadari bahwa ia tengah berkhayal. "E...tanya apa Bu?" Faesal menyisir-nyisir rambut depannya dengan jari-jari tangan kanannya. Kemudian, ibu guru Nabila mengulangi pertanyaannya.
"Apa hukum mim bertemu dengan ba?"
"Sah, Bu," jawab Faesal bingung. Mendengar jawabannya membuat seisi kelas pun tertawa. "Dasar ngayal mulu!" celetuk Aini si ketua kelas. "Ha...ha...haha…." Yudi tak henti-hentinya tertawa terbahak-bahak melihat kelucuan sahabatnya itu. "Diem kamu, nggak lucu tahu." Faesal kesal dengan Yudi terus meledeknya.
Di kantin sekolah, Faesal dan Yudi duduk berhadapan di meja. Terlihat dua botol minuman soda dan dua mangkuk mie ayam.