
Keesokan harinya di Quart School.
“Jujur saja, aku khawatir dengan apa yang terjadi di Quart School akhir-akhir ini,” ucapku pada Lia. Kebetulan kami bertemu di lorong, datang berbarengan. Bagi yang tidak tahu, aku dan Lia sudah bersahabat setahun lebih.
“Maksudmu penyiraman Aram kemarin?”
“Bukan cuma itu kejadiannya,” selaku.
“Lalu?”
Kuceritakan pada Lia apa yang terjadi di kantin kemarin, yang berujung pada bajuku basah kena siram Nadia.
“Menurutku, yang satu itu tidak usah terlalu diributkan. Barangkali ini cuma ulah kenakalan remaja biasa.” Begitu tanggapan Lia setelah aku selesai bercerita. Tentu aku tidak terima dengan pandangannya ini.
“Tapi, Nadia dan Okta itu tindakannya benar-benar frontal. Mereka berani menyerang Aram. Belum pernah aku melihat tindakan wanita seganas itu. Aku khawatir akan terjadi perang di sekolah ini.”