
Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI
Jujur kawan, aku sempat bingung bagaimana hendak memulai menghubungi Syifa untuk pertama kali. Soalnya ini penting sekali. Kau tahu kawan, first impression. Ini adalah langkah pembuka yang akan menentukan apakah pesanku selanjutnya akan berbalas tawa, atau malah terbuang ke pedalaman Uganda.
Bagaimana aku membuka pesan ini? Apakah dengan kata “tes”? Ah jangan, nanti aku dikiranya teman lamanya yang lama tak berjumpa, yang menghubungi hanya untuk meminjam uang. Apakah dengan kata “halo”? Ah jangan, nanti dikiranya aku penipu pinjaman online. Apakah dengan kata “hei”? Ah jangan juga. Nanti dikiranya aku ini pria buaya darat. Bisa langsung di-blacklist nanti aku.
Kurasa paling elok memulai pesan ini dengan salam, “assalamualaikum”. Tercatat, hari Rabu tanggal 16 September, aku memulai men-chat Syifa. Jamnya menunjukkan pukul 18.51. Pesanku itu langsung bercentang dua, abu-abu. Bar status kontak Syifa menunjukkan, terakhir kali dilihat pukul 16.57.
Setelahnya aku menunggu. Menunggu saja. Terus menunggu. Kalau habis durasi layarku, kunyalakan lagi, lalu aku menatap lagi layar itu, antusias. Ayolah, Syifa seharusnya akan aktif sewaktu-waktu dan mengetahui aku menghubunginya dan dia akan membalas. Itulah momen of truth yang kuinginkan.
Namun untuk menunggu momen of truth itu, agaknya kesabaranku benar-benar diuji. Seperti lama sekali menunggu Syifa aktif, lalu membuka pesanku dan membacanya.
Ayolah, ayolah.
Pukul 19.07, akhirnya momen of truth itu datang. Syifa online, lalu membuka pesanku, dan muncullah tulisan hijau bercetak miring yang menggoda itu.
Mengetik...
Oh Tuhan, inilah yang kutunggu-tunggu.