
Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI
“Ah seharusnya aku tidak membalikkan minumannya tadi. Astaga, pertemuanku dengan Syifa jadi berantakan gara-gara diriku sendiri.”
Di lorong, aku tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri, karena aku bertindak terlalu sembrono tadi di depan Syifa. Karena sesi pelajaran ini berjalan cukup lama, aku pesankan Syifa teh panas. Aku yang memesankan, aku pula yang membuat teh itu tumpah sebelum Syifa sempat meminumnya. Semua gara-gara aku terlalu gugup. Malah Syifa yang panik karena minuman teh panasnya terkena sepatuku, hingga basah.
“Eh Az, kamu tidak apa-apa?”
“Tidak Syif, aku gapapa. Maafin aku.”
“Tidak apa, Az. Aku yang harusnya minta maaf. Tehku terkena sepatu kamu.”
Begitulah kawan. Sekarang aku takut, kesan yang dirasakan Syifa dari pertemuan tadi, adalah kesan yang buruk. Wah bisa-bisa citraku di matanya memudar, dan PDKT-ku bakal tersumbat.
“Pikiran kamu terlalu berlebihan, Az. Kamu tadi keren kok.”
“Ya, tidak terlalu buruk, Bung.” Nasri ikut berkomentar, “rupanya dia yang bernama Syifa. Tidak heran, kau tertarik padanya.”
“Kau tidak paham apa yang kukhawatirkan, Nas.”
“Memang, tapi aku bisa merasa, kau sudah lumayan bagus. Benar bukan, Lia?”
“Ya, cuma aku punya satu catatan. Azka terlalu penggugup. Sejak awal aku sudah memperingatinya, agar mengendalikan diri. Jangan mendramatisir.”
“Jadi sekarang aku harus bagaimana dong? Jangan-jangan selepas ini dia tidak mau lagi menemuiku.”