
Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI
Saat istirahat pertama hari ini, seperti biasa, aku, Aram dan Wahid bersama-sama pergi ke kantin. Tujuan kami sudah pasti kedai kopi Paman Pirates. Lama-lama aku juga mulai terbiasa minum kopi.
Pokoknya semua berjalan seperti biasa. Aram bicara soal dia yang berencana tidak akan balik ke kelas seusai istirahat karena setelah ini adalah jam pelajaran kimia. Wahid yang main mata dengan murid wanita yang lewat. Semua biasa-biasa saja.
Kecuali yang satu ini. Belum sampai kami ke kantin, kami berpapasan dengan rombongan murid lokal 5. Dua orang yang berjalan paling depan adalah Nadia dan Okta. Begitu melihat mereka, aku langsung merasa di lorong ini sebentar lagi akan pecah pertengkaran. Namun yang paling membuatku kelu adalah, Syifa ada di rombongan ini.
“Jadi kalian bisa bolos juga ya,” Aram yang pertama memecah bisul percakapan. Nadia langsung cemberut mendapat sindiran setajam itu.
“Hidup aku, duit aku, suka-suka aku,” sahut Nadia ketus.
“Oh begitu ya. Kalau begitu, izinkan aku memberi nasehat gratis. Kalian tidak akan memenangkan The Class Champions jika kalian bolos terus seperti ini.” Aram menyeringai. Aku di belakang menepuk bahu Aram, mengingatkannya agar tidak berlebihan.
“Terima kasih wahai Tuan juara kedua yang juga sering membolos.” Nadia berkata sambil memainkan matanya, sengaja mengolok Aram. Okta di belakangnya, menambah api, “yuk Nad, kita tinggalkan saja. Pecundang juara 2 ini tak layak kita ladeni.” Sementara Syifa di belakang sana, kulihat-lihat, tetap diam saja.
HAP!
Aram menangkap tangan Nadia saat dia hendak lewat di hadapannya. Sontaklah Nadia menggeliat. Cengkraman Aram begitu kuat, tak bisa dia lepaskan.
“Tarik ucapanmu kembali.”
“Ram lepas!” Nadia semakin keras berontak.
“Tidak sampai kau menarik ucapanmu.”
“Lepaskan dia Ram, atau aku akan berteriak.” Okta ikut mengancam.
“Berteriaklah sesuka hatimu, biar semua orang tahu siapa pecundang yang tahunya cuma berteriak, merengek dan menangis.”
“APA KATAMU!”
Tuh kan, pecah sudah pertengkaran itu. Okta kelepasan melemparkan plastik es jeruk yang sedang dia pegang. Wahid melihat gelagat itu, tidak mau kena siram, lantas melompat ke kiri. Keputusan brilian yang buruk. Di sebelah kiri kami sekarang adalah got. Sementara aku, yang tidak mau memperpanjang pertikaian, atau malah memperburuknya hingga Syifa terlibat, memutuskan lari kembali ke kelas.