Bukan Badboy Penyelamat Sekolah

Muhammad Azhar
Chapter #49

Mozaik 49 : Event Besar Dua Festival Togut


Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI

Meskipun tidak ada lagi makan-makan gratis, dan para murid juga tidak lagi kompak memakai pakaian serba putih, hari dimana Quart School mengadakan Festival Togut, tetaplah hari yang sangat menarik. Hari itu, selama seharian penuh, giliran para murid yang berjualan aneka makanan yang amat berbeda dan jauh lebih beragam dari apa yang dijual di kantin di hari biasa. Sayang, karena ini adalah kegiatan berjualan, maka para murid lainnya yang hendak mencicipi, harus membayar untuk itu. 

Ah sekali lagi, aku sangat kecewa karena tahun ini esensi Festival Togut yang tinggal sedikit itu, hilang sama sekali. 

Ketika diberitahu soal konsep penjualan makanan di Festival Togut tahun ini, Aram malah bersemangat. Mei yang tadinya berniat memukul mundur semangatnya kecele. “Ini justru membuka kesempatan kita menang menjadi semakin besar. Dengarkan aku semuanya, hari ini kita patungan 10 ribu rupiah dan aku yang akan memulainya.”

PLAK!

Aram menggepok uang di atas mejanya. Semua orang bertanya-tanya untuk apa uang itu. 

“Untuk apa kalian tanya, ya jelas untuk membeli bahan baku.”

“Bukankah nanti untuk modal, kita mendapat subsidi dari Bu Hartini?”

“Ah jangan kita ambil uang beliau itu.”

Mei menatap Aram dengan tatapan tak suka. Dia ingin memeringati Aram agar tidak kejauhan memegang idealismenya. Namun Aram tetap menggeleng. 

“Bukan, bukan seperti itu maksudku. Kita tidak perlu mengambil uang subsidi itu. Kita pakai uang kita sendiri, sehingga kita bisa menjual makanan kita nanti semurah mungkin. Harga murah adalah salah satu unsur penunjang rasa enak dalam suatu makanan.”

Harus kuakui kalau begitu, ide Aram benar-benar revolusioner. Maka jadilah Nasi Goreng Legenda bikinan Paman Pirates terpampang di stand jualan kami di kantin Quart School. Aram sendiri yang menulis harga jualnya, gratis. 

“Kujamin, stand kita adalah yang paling banyak didatangi murid-murid Quart School. Kalian bertiga bekerjalah dengan baik ya, aku mau jalan-jalan dulu. Yuk, Az, Hid.”

“Hei Ram, jangan berkata seolah aku ini pegawaimu!” teriak Mei, tapi kami sudah terlanjur pergi. 

“Kita mau kemana?” tanyaku. Kalau melihat langkah Aram ini, dia sedang menerobos kerumunan murid-murid yang memadati kantin di hari Togut, menuju ke kawasan kantin kumuh. 

“Kedai Kopi Paman Pirates, tentu saja.”

“Beliau buka hari ini?” tanya Wahid.

Lihat selengkapnya