Bukan Badboy Penyelamat Sekolah

Muhammad Azhar
Chapter #61

Mozaik 61 : Pangeran Cinta dalam Diam


Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI

Selamat datang di hari pertama di semester 4. 

Aku memulai hari di semester 4 dengan agak gontai kawan. Bagaimana tidak, beberapa persoalan dari semester sebelumnya masih menghantui diriku. Mulai dari masalah ranking yang membuatku tertekan di hadapan keluarga besar, sampai tentu saja, yang paling banyak menyita perhatianku, soal Syifa. Masih terngiang betul kalimat Okta saat aku menanyainya di kantin tempo hari.

“Syifa sudah jadian dengan Paderi.”

Alamak, gara-gara sebaris kalimat itu aku jadi stress. Aku jadi pendiam. Lebih banyak berdiam diri. Kalau istirahat selalu menolak ke kantin. Hidupku jadi seperti dalam peribahasa, hidup segan mati takut siksa api neraka. 

“Kau tidak ke kantin hari ini, Bung?”

Nasri menepuk tanganku yang sedang melamun. Aku lekas menggeleng. Tidak. Mei berjalan tidak jauh dari sana, tertawa. 

“Biasanya kau yang malas ke kantin, Nas.”

Nasri angkat bahu. 

Namun, cakap-cakap dengan Nasri segera terpotong dengan biadab karena Wahid datang tergopoh-gopoh dari arah kantin. Seolah dia membawa berita besar, badak berbulu wol ditemukan di kantin kami. 

“Rugi besar Az, rugi besar kau tak ke kantin hari ini.” Dia mengulang kalimat itu berkali-kali lalu duduk di bangku Aram, di sebelahku. Dari jarak dekat, bisa kulihat, Wahid juga sesenggapan, mirip orang mengidap asma.

“Ada apa?” tanyaku, malas, tak ada antusias-antusiasnya.

“Astaga Az. Kau pasti menyesal seumur hidup.”

Wahid berlebihan, ungkapku dalam hati, biarpun badak berbulu wol muncul di kantin kami dan badak itu lucu sehingga mau dielus-elus seperti kucing pun, aku tidak akan menyesali tak sempat melihatnya. 

“Shiela Az. Shiela datang ke kedai Paman Pirates. Astaga, tadi jarakku dengan gadis itu, hanya segini.”

Lihat selengkapnya