Bukan Badboy Penyelamat Sekolah

Muhammad Azhar
Chapter #64

Mozaik 64 : Kereta Cepat Shiela Camalia


Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI

Bersiaplah kawan, karena bagian ini akan diisi banyak adegan penting. Engkau akan melewati dialog-dialog major dengan cepat. Makanya kusebut ini sebagai kereta cepat. 

Bacalah secepat aku mengejar langkah Nadia dan Okta yang berjalan pergi ke arah kantor dewan guru. Mereka boleh saja memblack-list Aram dan Wahid dari laporan inspeksi tugas agama, tapi mereka tidak boleh mengabaikan diriku. Enak saja, aku mengerjakan tugas Bu Hartini dengan baik dan jujur. Aku berhak mendapatkan nilai yang baik, penilaian yang jujur, dan sikap yang respek. 

Tak akan kubiarkan Nadia dan Okta menyamakan aku dengan Wahid dan Aram begitu saja. 

“Berhenti.” 

Aku berhasil mendahului langkah mereka, lalu berbalik, membentangkan tangan, mencegah mereka berdua berjalan lebih jauh. 

“Minggir Azka. Kami tidak ada urusan denganmu.”

“Tentu ada. Kalian belum menilai tugas agamaku. Tak akan kubiarkan kalian melaporkan inspeksi kalian pada Bu Hartini dengan posisi tugasku masih kosong di inspeksi kalian.”

“Minggir Az. Sesi inspeksi sudah selesai.” Nadia berusaha mendorong tubuhku. Aku bergeming. Sekuat tenaga kakiku memasang fondasi agar tidak mundur sesentipun. 

“Kalian harus menilai tugasku, kalian tidak boleh mengosongkan namaku seperti kalian mengosongkan nama Aram dan Wahid.”

“Kau berhak disamakan dengan mereka sebab kau berteman dengan mereka.”

“Itu sangat tidak adil.”

“Ya, dan kau juga sudah menipu kami soal cingur sapi kemarin itu.”

“Kalian benar-benar kejam,” sahutku lagi. Biar kuberitahu engkau, kawan. Aku sangat jengkel dengan kelakuan dua orang ini. Sekehendak hatinya saja hendak membahayakan nilaiku hanya gara-gara mereka kesal denganku. 

“Oh begitu pendapatmu, Humadi Azka,” Nadia tersenyum penuh makna. “Baiklah, bagaimana kalau kita bersepakat untuk beberapa hal.”

Firasatku langsung tidak enak. “Bersepakat apa?”

“Kalimat yang ingin kudengar,” ujar Okta. 

“Kami akan mencentang bagian tugasmu Az, dengan dua syarat.”

“Kalian pikir aku akan mendengarkan syarat-syarat itu?”

“Kami pikir kau tak punya pilihan lain.”

Sialan. Dengan kalimat paling memuakkan, aku minta Nadia mengatakan apa syaratnya. Aku tahu, aku akan segera terjebak dalam situasi sulit. 

Lihat selengkapnya