
Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI
Astaga kawan, engkau boleh merasa heran, hubunganku dengan Shiela Camalia perlahan telah terbangun. Seminggu yang lalu kami baru saja saling kenal, sekarang aku sudah bisa men-chatnya. Padahal katanya, Shiela adalah gadis paling tertutup di Quart School. Kawan boleh heran, karena aku sendiri juga heran.
Tapi kawan, bukankah ini wajar saja. Soalnya di tempat lain, ada contoh yang lebih ekstrem. Belum seminggu kenal, sudah berani jalan bareng, belum seminggu kenal, sudah berani berhubungan badan.
Astaga, siksa neraka, siksa neraka.
Malam ini, kucoba untuk menghubungi nomor Shiela. Foto profilnya, seperti yang kutebak, kosong. Bar status terakhir kali dilihatnya, dimatikan. Dia persis seperti orang introvert yang tidak mau diganggu kehidupannya. Tapi tak apa. Akan kucoba men-chatnya. Meski entah kapan nanti dia membalasnya.
“Shie.”
Ternyata tak sampai lima menit, pesanku tadi langsung bercentang biru dan masuk balasan dia. “Punii.”
Sampai di sini aku sudah heran. Punii? Bahasa apa itu? Lekas kubuka kontakku dan kucocokkan lagi dengan nomor yang tadi ditulis Shiela di kertas. Takut juga aku salah memasukkan nomor.
Namun, tiga kali kubandingkan, akurat. Nomor yang ada di kontakku sama dengan nomor yang diberikan Shiela. Atau jangan-jangan kata Punii ini ada di kamus. Bukankah Shiela suka bermain-main dengan sesuatu yang menguji kecerdasan? Kucari segera di mesin penerjemah, termasuk ke bahasa yang dipakai di Zimbabwe, tapi juga nihil. Kata Punii tidak ada di bahasa apapun yang terpikir olehku.
Jadi aku ini salah sambung atau bagaimana?
Karena tidak etis membiarkan pesan orang dibaca saja tanpa dibalas, kuputuskan membalas dengan sopan.
“Maaf, siapapun di sana, dapat salam dari Indonesia. Namaku Humadi Azka. Silakan diterjemahkan ke mesin penerjemah jika kalimat ini tidak dimengerti. Peace.”
Balasannya adalah emot ketawa miring berderet.
“Astaga Azk. Kamu membuatku tertawa lagi.” Begitu bunyi pesan keduanya. Nah kalau yang ini sudah jelas Shiela. Soalnya ada panggilan Azk. Perlukah kutegaskan lagi bahwa itu adalah panggilan yang spesial kawan?
“Kamu Shiela bukan?”
“Iya Azk. Kemarin kita mengobrol soal Slamet pergi ke bulan, iyakan?”
“Huft, syukurlah, kukira tadi aku salah sambung.”
“Tidak Azk. Aku di sini. Seratus persen.”