
Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI
“Kalian mau ke kantin kah?”
“Ya, tapi aku tidak ingin kau ikut,” ujar Aram menyahuti Wahid. Seketika Wahid memberengut. “Kenapa aku tidak boleh ikut?”
“Karena itu adalah perintahku,” ujar Aram tegas. Seketika pula, Wahid yang tadi memberengut, langsung mengangguk. Diam-diam aku kagum pada kemampuan Aram mengendalikan orang lain. Saat dia serius, Aram adalah pemimpin yang hebat.
“Aku ingin bicara denganmu, Az. Ayo.”
Aku menebak-nebak apa yang hendak dibicarakan Aram saat dia mengajakku ke kantin. Mengingat bagaimana dia dengan tegas melarang Wahid ikut, aku hanya terpikir satu topik. Aram pasti ingin mengobrolkan soal Shiela lagi. Terlepas dari dia yang sok cool kemarin, Aram pasti juga naksir dengan Shiela.
Ah siapa juga yang tidak naksir dengan gadis cantik, pintar macam Shiela itu.
Aram memesankan kopi untukku, baru dia duduk.
“Az, apakah kau punya masalah tertentu dengan Paderi Tamtama dari lokal 5?”
Apa? Paderi? Nama yang benar-benar tak terduga akan muncul dalam pembicaraan kami. Aku berusaha menguasai diri, agar tetap terkontrol.
“Ya, dalam beberapa hal, aku dan dia memang punya masalah, masalah pribadi,” aku mempertegas nada bicaraku di ujung kalimat.
“Bagus, kau akan suka arah pembicaraan ini.”