
Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI
Saat kami masih melongok melihat bagaimana cepatnya tindakan yang diambil Bu Hartini, kami atau tepatnya aku dan Wahid, tidak menyadari, Bu Hartini juga menatap tajam ke arah kami. Lalu saat yang tepat, beliau juga meneriaki kami berdua.
“Kalian berdua, juga harus keluar!”
Eh apa tadi kata Bu Hartini? Siapa yang ditunjuk beliau.
“Kalian, kalian sama seperti Faddil Al-Aram. Kawan satu geng, kalian berdua setali tiga uang dengannya. Tukang buat onar. Keluar!”
Akhirnya aku dan Wahid hanya bisa menerima keputusan itu dengan kepala tertunduk.
“Ini amat tidak adil Bu,” ujar Wahid sebelum kami melangkah keluar dari kelasnya. Masih sempat pula aku mendengar Bu Hartini menyahut dengan nada pongah.
“Kalau murid-murid bisa keluar seenaknya dari kelas yang tidak disukainya, berarti guru juga boleh mengeluarkan murid yang dianggapnya mengganggu sesi belajar. Saya rasa ini adalah keadilan.”
Aku tak tahu lagi apa yang terjadi di kelas. Aku dan Wahid bergabung dengan Aram memesan kopi Paman pirates di kedainya. Aram tertawa lebar saat melihat kami datang.
“Astaga, Bu Hartini benar-benar beraksi ya hari ini. Kalian juga dikeluarkan?”