Bukan Badboy Penyelamat Sekolah

Muhammad Azhar
Chapter #87

Mozaik 87 : Saatnya Menyingkirkan Pesaing


Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI

Hari ini adalah hari Mid Test matematika. Pagi-pagi aku sudah dilanda firasat buruk. Baru saja aku meletakkan sepeda motor di parkiran saat aku melihat Paderi lewat. Sendiri saja, dan menatapku dengan tajam. Sangat tajam. Dia seperti tidak suka denganku. 

Kubiarkan saja dia berlalu. Aku bukan Aram yang fanatik sekali pada apa yang dia yakini sampai hendak menggebuk orang. Aku cukup mengira bahwa Paderi cemburu padaku yang telah berhasil memperbaiki hubungan dengan Syifa. 

Tunggu, bagaimana dia tahu?

Oh jelas kawan, sebab kemarin-kemarin, aku sempat mengobrol dengan Syifa dan Paderi memergoki. Tak perlu kuceritakan lebih jauh. Tidak bermutu soalnya. 

Yang terpenting adalah, aku tidak merasa masalah dengan Paderi. Silakan cemburu, cemburu saja sana. Silahkan kalau mau mengamuk, mengamuk saja di sana. Syifa sekarang adalah wanita single yang bebas dari ikatan dengan pihak manapun, dia sendiri yang bilang. Jadi Paderi tak punya hak untuk melarangku dekat-dekat dengan Syifa. 

Pemikiran yang cukup tajam bukan, kawan?

Masih di hari yang sama, aku kini memergoki Paderi mencoba mengobrol dengan Syifa tapi Syifa cuek dan meminta Paderi jangan mengganggunya. Kejadian ini terjadi di depan lokal 4, saat jam istirahat pertama. Gara-gara ingin menguping pembicaraan mereka, aku sampai bela-belain berdiri di atas kursi, mengintip dari celah jendela yang terbuka. 

“Tolong jangan ganggu aku Paderi.”

“Tolong Syif, ada yang ingin kubicarakan.”

“Nanti saja Paderi. Kepalaku sedang pusing.”

Lihat selengkapnya