
Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI
Malam harinya, dengan sejuta perasaan deg-degan, takut dia marah karena kejadian tadi siang dengan gadis figuran, aku menghubungi Syifa.
Kata pertama yang kukirimkan adalah kata maaf.
“Maaf Syif, atas kejadian tadi siang.”
Kukirim pesan pukul 19.07, Syifa baru membalas pukul 19.38.
“Iya Az, gapapa. Meski ya, aku agak kaget karena dapat sambutan seperti itu.”
“Kamu baik-baik saja, Syif?”
“Iya baik. Cuma agak terganggu Az. Aku tidak terbiasa disoraki macam begitu tadi. Rasanya seperti sedang dikelilingi oleh musuh-musuh. Sangat tidak menyenangkan.”
“Astaga. Sekali lagi maafkan aku Syif. Aku sudah menempatkan kamu pada situasi yang kurang menyenangkan.”
“Sangat tidak menyenangkan Az.”
“Iya Syif, maaf.”
“Gapapa Az, bukan salah kamu juga. Tapi sepertinya aku bakal jera datang ke lokalmu.”
Oh Astaga, pertanda buruk, kawan.
“Iya Syif, nanti kita cari cara kalau mau ketemuan.”
Syifa tidak membalas pesanku lagi malam itu. Chatku dibiarkan bercentang dua, abu-abu.
Keesokan harinya, aku bertemu Syifa di kantin. Tidak ketemu sih, Syifa lewat di depan Kedai Paman Pirates. Entah kenapa dia harus lewat situ, tak paham aku, tapi yang jelas ada Aram dan Wahid di situ dan mereka langsung menyeringai.
“Az, tuh ada bebeb lewat. Tak mau disapa dulu kah.”