
Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI
Hari ini jam istirahat kedua, ditiadakan. Namun tidak ada yang protes, sebab seluruh murid memiliki rasa penasaran yang sama. Siapa yang akan dipilih jadi delegasi mewakili Quart School di seleksi Lomba Nasional. Kabar yang tadi disampaikan Wahid juga sudah berhembus ke segala penjuru, membuat orang-orang makin penasaran. Apakah benar, delegasi yang dipilih nanti bukan Shiela, atau Shiela tidak termasuk ke dalamnya?
Dalam pada itu, saat kami sedang menunggu dengan sangat penasaran, tiga orang melangkah keluar kantor dan menaiki podium. Ketiga orang itu adalah Bu Hartini, Bapak Wakasek Kurikulum, dan Shiela!
“Tuh ada Shiela Hid,” aku menyikutnya, maksudku adalah, informasi Wahid belum tentu akurat seratus persen.
“Diam Az. Tunggu apa yang hendak dia bicarakan.”
Bapak Wakasek Kurikulum, selaku orang yang punya wewenang dalam mengurus masalah ini, maju selangkah ke depan. Meski gerakan beliau saat mengambil mik tetap elegan, aku bisa membaca mimik wajah beliau. Beliau sedang gugup.
“Murid-murid semuanya, ada kabar baik dan kabar buruk untuk kita semua hari ini.”
Sampai di sini saja aku sudah merinding. Ada kabar buruk? Jangan-jangan Wahid benar.
“Kabar baiknya adalah, kami dewan guru telah memutuskan siapa delegasi yang akan mewakili Quart School dalam seleksi Lomba Nasional. Kami juga sudah membentuk tim pendampingnya. Kabar buruknya, rupanya murid yang telah kami pilih dengan saksama, menyatakan dirinya tidak bisa ikut, dengan alasan yang sangat personal.”
Alasan yang sangat personal? Mulai menjurus! Murid-murid yang berkumpul, berpanas dan berpeluh ria mulai bertanya satu sama lain. Siapa yang dimaksud Bapak Wakasek? Apa itu alasan personal? Kenapa dia tidak bisa ikut? Apa jangan-jangan yang dimaksud Bapak Wakasek adalah Shiela? Seketika lapangan ribut seperti dengung lebah.