
Gambar hanya ilustrasi, terima kasih DALLE Open AI
Aku, Lia dan Nasri telah resmi menjadi delegasi Quart School untuk mengikuti seleksi Lomba Nasional tingkat kabupaten. Menurut informasi dari Bapak Wakasek, seleksi tingkat kabupaten akan diadakan 12 hari lagi, tepatnya di hari Sabtu depan. Sembari menunggu hari itu datang, Bapak Wakasek berpesan dengan sangat hati-hati, agar kami belajar dengan baik.
“Nama baik sekolah ada di tangan kalian. Camkan itu kuat-kuat.”
Kabar terpilihnya aku, Lia dan Nasri jadi delegasi segera tersebar. Semua orang terkejut. Namun kawan, kalau aku boleh bilang, kalau dikumpulkan rasa terkejut semua orang itu, masih lebih besar rasa terkejutku sendiri. Ya kawan, aku sangat terkejut. Bagaimana bisa aku dipilih jadi delegasi? Ini seperti mimpi di siang bolong.
Kepada Bu Hartini, Bapak Wakasek Kurikulum memasang alasan yang sangat manis.
“Saya memilih mereka dengan mempertimbangkan kemampuan mereka mengerjakan tugas. Hasil yang mereka dapatkan, serta strategi dan timing waktu, semuanya bagus. Maaf-maaf kata, Bu Hartini, dengan segala hormat, ketiga orang yang saya panggil ini, jauh lebih baik nilainya daripada tiga orang yang ibu rekomendasikan.”
“Baiklah kalau begitu. Terserah anda saja.”
Terang sudah bagaimana posisi Bu Hartini dalam hal ini.
Sementara itu, Aram sangat senang mendengar kabar kami terpilih menjadi delegasi. Dia menganggap ini satu pukulan besar untuk Nadia dan Okta.
“Akhirnya Az, setelah berkali-kali mereka selalu menertawakan aku, datang juga saat mereka tertunduk lesu.”
Lain lagi reaksi yang diberikan Mei. Begitu tahu kami bertiga terpilih menjadi delegasi, sedangkan dia sendiri tertinggal, dia protes tidak terima.
“Bagaimana bisa kalian terpilih sementara aku tidak. Pasti ada kesalahan di sini.”
“Aku tidak tahu Mei. Semua sudah diatur oleh Bapak Wakasek Kurikulum. Kalau kau mau protes, sila protes pada beliau.”
Tak berkutik Mei dibuatku.
Hari seleksi itu pun akhirnya tiba. Aku, Lia dan Nasri datang nyaris berbarengan ke sekolah di hari Sabtu. Hari ini Quart School sepi, sebab hari Sabtu murid-murid lainnya libur.
“Seleksinya dimana Pak?” tanyaku.
“Eh saya belum pernah mengatakan tempatnya?”
“Belum Pak.”