Bukan Celana Kolor Biasa

Setiyo Bardono
Chapter #2

Peron #2 : Awal Perjalanan

Tak seperti biasanya, jam lima pagi, Panji sudah mandi sambil nyanyi-nyanyi. Suaranya yang asal kencang bersaing dengan suara gayung plastik menciduk air. Maklum, di kamar mandi keluarga Panji tidak ada shower apalagi bathup. Kamar mandinya sempit, tak mungkin muat jika dipasang bathup. Bak mandi pun harus berdempetan sok akrab dengan closet jongkok.

Kalau lagi iseng, Panji kadang menggantung ember atau kantong plastik berisi air yang sudah diberi beberapa lubang biar terasa mandi memakai shower. Kalau mesin air sedang menyala, Panji lebih memilih mandi memakai selang yang disambungkan langsung ke kran. Di rumah Panji memang belum ada toren atau bak penampung air.

“Panji, kamu mandi apa ngguras bak?” teriak ibunya dari dapur.

Panji terus menggayunkan gayung dengan penuh semangat tanpa mempedulikan teriakan ibunya. Suara gayung beradu dengan air terdengar keras: byar byur. Panji jadi ingat tebakan jadul: Kita mandi biar apa? Jawabannya: biar biur. Begitulah salah satu andil gayung dalam mewarnai khasanah humor di Indonesia.

“Bu ada sabun mandi baru nggak? Ini sabunnya tinggal secuil,” kata Panji.

“Bentar Ibu lihat dulu di lemari. Kalau habis bisa pesan online aja ya,” jawab Ibunya.

“Waduh, bisa masuk angin nunggunya,” jawab Panji. Ia membayangkan harus membuka aplikasi online untuk pesan satu batang sabun mandi. Proses pembayarannya COD alias cash on delivery karena Panji tidak punya internet banking, kemudian menunggu kurir datang. Ah, jadi rumit, kan tinggal lari saja ke warung Ucok untuk beli sabun.

Ibu Panji pun memeriksa lemari. Panji berharap sabun tidak menyembunyikan diri di antara bungkus deterjen karena ibunya sidak lemari. Sambil menunggu datangnya sabun mandi, Panji kembali nyanyi-nyanyi. Kali ini lagu dangdut: Cinta Sabun Mandi-nya Jaja Miharja.

♪ Cintaku kepada Nuraini tak seperti sabun mandi, pabila sering dipakai makin habis kurang wangi ♪

Panji meraih botol sampo mentol anti ketombe, tapi terasa ringan sekali. Waduh, samponya habis juga. Panji tak kekurangan akal, diisinya botol sampo dengan air dari bak mandi kemudian dikocok beberapa kali. Lumayan, meski encer yang penting bisa sampoan daripada sampoan pakai sabun colek. Selesai sampoan, Panji mengisi botol sampo dengan air sampai penuh, biar Puteri adiknya terkena PHP alias pemberi harapan palsu oleh botol sampo.

Tak lama, ibunya mengetuk pintu kamar mandi untuk menyerahkan sabun mandi yang menurut iklan di televisi biasa dipakai bintang internasional. Panji membayangkan, bintang iklan cantik itu sedang mandi tapi sabunnya habis. Hanya memakai handuk, bintang iklan itu keluar untuk beli sabun di warung sebelah. Pasti pembeli warung heboh semua dan langsung jeprat-jepret memakai telepon genggam dan mengunggahnya di media sosial. Beritanya bisa viral atau menjadi trending topic seantero media sosial dan tujuh hari tujuh malam menghiasi media massa online.

Panji menempelkan sabun yang sudah tipis ke permukaan sabun baru. Jadilah sabun tipis itu menempel seperti sepotong materai di atas selembar surat pernyataan tidak lagi membuat ujaran kebencian di media sosial. Ini salah satu kiat agar sabun yang sudah tipis bisa dipakai lagi.

“Kak Panji cepetan dong. Puteri mau mandi juga entar telat nih,” teriak Puteri sambil mengedor pintu.

Tumben-tumbenan nih mandinya lama banget. Biasanya Kak Panji mandi 2 kali sehari 1 sendok teh,” lanjut Puteri.

“Sembarangan, emangnya minum obat. Ini bentar lagi kelar, eh ambilin handuk dong,” kata Panji. Pintu kamar mandi terbuka, kepala Panji melongok keluar. Tiba-tiba selembar handuk melayang tepat di kepalanya.

Biasanya selepas salat subuh, Panji kembali menarik selimut meneruskan mimpi yang belum tamat seperti membaca novel yang masih bersambung. Walaupun saat tertidur, terusan mimpinya belum tentu nyambung dengan mimpi sebelumnya. Setelah tidur lagi, biasanya Panji bangun kembali jam enam pagi atau setelah diguyur air oleh ibunya.

Tapi pagi ini bukan pagi biasa. Panji harus pergi ke Jakarta untuk menyerahkan surat lamaran di sebuah perusahaan swasta di sekitar Jalan Thamrin. Ada beberapa lowongan mulai dari office boy hingga bagian administrasi, tapi tidak ada lowongan untuk menjadi direktur.

Selepas lulus dari SMA Putera Bangsa dengan nilai cukup memuaskan, Panji bertekat bekerja dulu untuk meringankan beban orang tuanya. Nantinya, sambil bekerja ia berharap bisa kuliah atau kursus untuk meningkatkan keterampilan. “Niatmu baik Nak Panji. Tapi usahakan nanti kamu bekerja sambil kuliah. Bagaimanapun juga pendidikan sangat penting bagi masa depanmu,” kata Pak Untung, salah satu guru SMA Putera Bangsa.

Saat berjalan menuju kamarnya, Panji menyempatkan diri melongok menu sarapan yang tersaji di meja makan. Ada dua piring nasi uduk dengan bihun dan orek tempe, bala-bala, tempe goreng dan sambal.

“Kakak iseng banget sih. Ini botol sampo isinya kok air doang,” teriak Puteri dari kamar mandi.

Panji cengar-cengir, mencomot sepotong bala-bala, kemudian berjalan melenggang ke kamar.

--- oOo ---

Puteri melongo melihat Panji dengan dandanan rambut kelimis, memakai baju putih lengan panjang, celana panjang hitam, dan sepatu hitam mengkilat. Biasanya, Panji tampil dengan rambut kusut, muka acak-acakan.

“Bu, emang ada tetangga yang hajatan ya?” tanya Puteri.

Nggak ada kayaknya. Emang kenapa?” kata ibunya.

Lihat selengkapnya