Bukan Celana Kolor Biasa

Setiyo Bardono
Chapter #6

Peron #6 : Salam Roker

Suasana Stasiun Depok di waktu siang cukup lengang, berbeda sekali dengan suasana saat jam sibuk. Pada tengah malam selepas jam operasional KRL, Stasiun Depok akan berselimut sepi. Seriuh apapun, ada waktunya stasiun beristirahat untuk melepas penat dan menyelami makna perjalanan hari.

Stasiun Depok termasuk stasiun tua yang berdiri pada zaman penjajahan Belanda, saat nama-nama wilayah sulit dieja lidah. Pendirian Stasiun Depok merupakan bagian dari jerih payah letnan 1 David Maarschalk yang dipercaya pemerintah kolonial Belanda untuk membangun perlintasan kereta antara Batavia hingga Buitenzorg atau Jakarta sampai Bogor sepanjang 58.508 meter.

Pembangunan rel yang dimulai pada tahun 1869 itu melewati wilayah Depok. Salah satu momentum penting dalam proses pengerjaan perlintasan kereta adalah terjadinya kesepakatan antara gementee (pemerintah) Depok dengan de Nederlansche Indie Staatspoorwegen Maatschappij (NIMS), sebuah Lembaga Perkeretaapian Hindia Belanda.

Salah satu kesepakatan penting adalah setiap kereta yang melintas harus berhenti di Stasiun Depok, yang waktu itu lebih mirip halte kereta. Tujuannya untuk menghidupkan perekonomian dan membuka akses ke luar wilayah Depok. Akhirnya, perlintasan kereta Jakarta-Bogor dibuka untuk umum pada 31 Januari 1873.

Begitulah, jalur kereta Jakarta - Bogor tidak hadir begitu saja dalam sekejap, pembangunannya memerlukan waktu yang panjang. Stasiun Depok tidak tiba-tiba ada atau jatuh dari langit. Stasiun Depok bukan dibangun oleh tukang sulap yang mengandalkan mantra sim salabim atau riwayatnya seperti cerita dongeng tentang suatu tempat yang dibangun dalam waktu semalam.

Panji teringat dongeng Stasiun Seribu Tiang yang pernah diceritakan ayah. Konon cerita ngawur tersebut terinspirasi dongeng seribu candi. Nama dan peristiwa tentu saja hanya fiktif belaka.

"Aku mau menikah denganmu, tapi dengan satu syarat: buatkan aku stasiun dengan seribu tiang dalam waktu semalam."

Bandung Bogowonto terkejut mendengar permintaan Roro Jegang. Namun sebagai seorang ksatria dan mantan mahasiswa yang sudah biasa dengan sistem kebut semalam, Bogowonto menyanggupinya.

Ia segera chatting melalui sebuah aplikasi dengan jin yang sukses menjadi Presiden Direktur sebuah perusahaan pengembang di alam jin. Segala syarat dipenuhinya, yang penting stasiun seribu tiang bisa selesai dalam semalam. Bahkan proses pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terpaksa diabaikan.

Pada malam yang telah ditentukan, proyek pembangunan stasiun seribu tiang dikebut. Rara Jegang mengutus pembantunya untuk mengawasi. Sementara ia memilih bobok cantik di apartemen La Princessa dekat stasiun sambil menonton ketoprak Korea.

Menjelang subuh, tiang ke 999 mulai berdiri. Bogowonto tersenyum puas. Tak lama lagi ia bisa bersanding dengan si cantik demplon Roro Jegang. Tapi tiba-tiba mandor jin tergopoh-gopoh datang.

"Maaf Denmas, ada masalah gawat kelewat-lewat. Ada gangguan wessel dan sinyal di stasiun Depok, jadi kereta semen pesanan kita tertahan di sana," kata Mandor sambil memperlihatkan info kereta di ponsel layar sentuh merek JINphone.

Bogowonto cemas. Roro Jegang yang datang dengan memakai daster seksi tersenyum. "Kamu nggak mungkin bisa mempersunting aku. Fajar sebentar lagi menyingsing," kata Roro sambil berkacak pinggang.

Bogowonto kesal. Dengan kesaktiannya ia pun mengutuk Roro Jegang. Cling! Roro Jegang berubah menjadi kursi sandar yang putih mulus.

Sejak saat itu Bogowonto sering termenung sambil bersandar di kursi sandar, menunggu kereta yang tertahan sinyal.

Panji tersenyum sendiri kalau teringat kisah ayahnya. Katanya cerita ngawur itu dikarangnya saat menunggu KRL yang tak kunjung datang karena ada gangguan wessel dan sinyal. Menunggu tanpa kepastian memang bisa membuat seseorang berhalusinasi.

Stasiun Depok sering disebut Stasiun Depok Lama untuk membedakan dengan Stasiun Depok Baru yang dibangun belakangan. Mungkin seperti orang yang punya pacar baru jadi pacar sebelumnya disebut pacar lama.

Kadang saat ada teman yang ganti nomer telepon, kita juga suka memberi nama di kontak ponsel dengan tambahan sebutan baru, misalnya Fitri Baru, Eneng Baru, Rangga Baru, Cinta Baru, dan lain-lain. Tapi hati-hati jika pasangan punya nomer telepon baru, terus di kontak ponsel diberi nama: Istri Baru, Ibu Baru, Ayang Baru, Ayah Baru, dan lain-lain. Saat naik kereta yang sesak kemudian ponsel berdering dan di layar sebesar batu bata terbaca: “Istri Baru,” penumpang yang tak sengaja membaca bisa berpikiran: “Wah istrinya barunya nelpon.”

Sebenarnya jarak antara Stasiun Depok dan Stasiun Depok Baru hanya sepelemparan celana kolor. Begitulah istilah dari para roker jika menyebut jarak dekat, kalau sepelemparan batu agak jauhan. Meskipun jaraknya dekat, tapi Panji harus naik KRL dari Stasiun Depok ke Stasiun Depok Baru, kemudian naik pulang naik angkot D03.

Panji membiarkan KRL yang berhenti di peron satu Stasiun Depok. Pintu yang terbuka seperti pintu rumah yang memanggilnya untuk segera pulang, seperti bentangan tangan kekasih yang baru berjumpa setelah terpisah sekian purnama, tapi Panji berdiam sejenak di Stasiun Depok. Beberapa hari ini banyak peristiwa yang merisaukan hati Panji, mulai dari tas rangsel yang hilang hingga diajak Kang Asep magang menjadi tukang copet. Apakah ia harus mengikuti jejak Kang Asep?

Haruskah Panji melukai hati ibunya? Sewaktu hendak melamar pekerjaan, ibunya berpesan, “Kerja apa saja yang penting halal dan tidak merugikan orang lain.” Panji juga tidak bisa membayangkan ekspresi Nuraini saat mengetahui kalau pacarnya menjadi seorang copet, “Apa tak puas kamu sudah mencopet hatiku.”

Panji teringat bagaimana ayahnya pernah pulang dengan wajah lelah, lesu, dan lungkrah. Penyebabnya, ponsel kesayangannya diembat copet saat pulang kerja. Biasanya ponsel itu selalu berada di genggaman tangan ayah. Entah mengapa karena lelah dan mengantuk, ayahnya menyimpan ponsel di dalam tas.

Saat itu KRL penuh sesak. Ayah berdiri sambil terkantuk-kantuk hingga tak merasakan adanya gerakan-gerakan. Saat turun di Stasiun Depok Baru, ayah baru menyadari bahwa resleting tasnya terbuka. Ayah panik. Saat memeriksa tas, ponselnya raib. Untung dompet bisa bersembunyi di bagian yang lebih dalam hingga tidak ikut terkena rogohan tangan copet.

Sekarang anaknya secara tak sengaja magang bersama pencopet. Ayah pasti akan murka jika tahu Panji mengikuti jejak seorang pencopet. Panji bisa dikutuk jadi dompet atau ponsel.

“Salam roker. Di siang hari yang cerah ini, saya melihat ada aura kerisauan di wajahmu.”

Tiba-tiba seorang lelaki berdiri di dekatnya. Lelaki itu memakai celana panjang hitam, jas hitam, dasi biru, dan menenteng koper. Panji tersenyum sambil meningkatkan kewaspadaan, ia takut sedang berhadapan dengan agen rahasia, alien yang sedang menyamar, atau sales panci anti lengket. Ah, Panji tidak boleh berburuk sangka, mungkin lelaki itu seorang eksekutif muda yang memang suka naik angkutan umum massal.

Panji mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru stasiun, barangkali ada kamera tersembunyi yang dipasang kru televisi atau cannel Youtube, dan lelaki itu sengaja didatangkan untuk membuat prank. Tapi sepertinya tak ada gelagat mencurigakan.

Lihat selengkapnya