Tidak terasa setahun sudah berlalu, Bella kembali merasakan utuhnya sebuah keluarga. Senyum manis selalu tercetak di bibirnya sejak ada napas baru di dalam rumahnya. Martina, Anya dan Arneta ternyata jauh dari bayang-bayang tentang jahatnya seorang ibu dan saudara tiri.
Martina begitu menyayangi Bella, dengan memberikan cinta yang sama seperti kepada kedua putri kandungnya. Begitu juga dengan Anya dan Arneta, memperlakukan Bella dengan baik. Mereka sering pergi bertiga untuk menghabiskan waktu di Mall atau sekedar nongkrong di cafe. Membuat Bella semakin jarang mengunjungi toko buku langganannya. Melupakan buku-buku yang selama ini menemani Bella menikmati kesendiriannya.
Ketika Bella ditinggal papanya pergi untuk waktu yang lama, dia tidak merasa takut atau khawatir dengan perlakuan Martina, Anya dan Arneta akan berubah padanya. Adi sedang tidak ada di rumah pun, ketiganya tetap bersikap baik padanya. Membuat Bella akhirnya benar-benar membuang segala prasangka buruknya terhadap tiga perempuan itu.
Anya sekarang jarang menemani Bella, karena gadis itu sudah bekerja di salah satu perusahaan besar sebagai manager bagian keuangan. Bella dan Anya semakin dekat karena sering bersama.
Sebelum Martina menikah dengan Adi, Arneta adalah gadis yang sangat manja. Mungkin karena sebagai anak bungsu dia merasa harus diistimewakan. Tapi sejak satu rumah dengan Bella, sosoknya berubah sedikit dewasa. Dan menganggap Bella adalah adik kecil kesayangannya. Dia sering membantu Bella dalam segala hal. Dari cara berpakaian, berdandan sampai masalah cowok. Dan Bella yang memang adalah gadis rumahan, sedikit terbantu dengan Arneta yang pandai bergaul, fashionable dan sering mengajaknya menemui hal-hal baru. Seperti nongkrong di cafe atau sekedar jalan-jalan di mall.
Untuk masalah laki-laki, Bella sedikit tertutup dan jarang bercerita tentang lawan jenisnya. Karena dia memang belum dekat dengan siapapun, lagipula isi kepalanya masih terjebak dengan sosok pangeran di masa kecilnya. Bella masih menyimpan impian untuk bisa mendapatkan cowok seperti pangeran dalam cerita dongengnya. Yang baik, pintar, sikapnya sopan, bicaranya lembut dan pastinya setampan pangeran Henry, padahal umurnya sudah memasuki dua puluh satu tapi dia masih malu-malu untuk urusan laki-laki.
Suatu hari, Arneta pulang sambil menangis. Bella yang baru saja keluar dari kamar melihatnya. Arneta langsung masuk ke dalam kamarnya, membiarkan Bella bertanya-tanya dalam hatinya. Masih bingung, Bella akhirnya menyusul Arneta.
Saudaranya itu masih sesegukan dengan pipi yang basah oleh airmata. Dia menoleh ke arah Bella yang duduk di sebelahnya.
“Huaaaa...Stephen brengsek!”
Bella mengerjap ketika Arneta menangis lagi sambil berteriak. Bella masih dalam diamnya, ini pertama kalinya ia melihat Arneta menangis. Arneta adalah gadis yang periang sama seperti dirinya waktu kecil, jarang sekali melihatnya bersedih.
“Aku harus tahu kenapa dia tiba-tiba mutusin aku!” Arneta mengusap hidungnya yang berair, lalu menatap Bella dengan sendu. Bella hanya menaikkan kedua alisnya tanda masih belum mengerti.
“Aku diputusin tiba-tiba Bella! Stephen jahat!” kesal Arneta.
Bella mengelus lengan Arneta mencoba menenangkannya. Bella tidak mengenal Stephen, karena selama ini dia melihat Arneta selalu gonta-ganti pacar. Laki-laki terakhir yang dekat dengan Arneta yang Bella tahu adalah David, teman satu jurusan dengannya.
“Kamu bantuin aku ya?”
Alis Bella berkerut. ”Bantuin apa?”
“Temani aku menemui Stephen lagi. Aku mau memukul kepalanya pake sepatu hak yang aku punya.”
“Lho emang tadi enggak?”