Bella menatap Arneta bingung, melihat gadis itu dari awal masuk ke ruangan santai ini hanya tersenyum penuh arti padanya.
“Jadi bagaimana?” Tanya Arneta.
“Apanya?”
“Chris.”
“Chris?”
Arneta mendengkus kesal, melihat Bella yang seolah tidak mengerti dengan apa yang dibicarakannya. Atau saudarinya itu memang terlalu polos, dan tidak peduli dengan sosok pemuda yang bertemu dengannya kemarin.
“Hello sister, bagaimana setelah bertemu dengan Chris? Kamu suka?”
Bella menggeleng. ”Baru juga ketemu, masa langsung suka.”
Arneta menatap Bella tidak percaya, saudarinya itu kembali dengan buku yang masih berada di tangannya.
“Tapi malam ini dia mau datang ke rumah lho.”
“Terus, memangnya kenapa?” ucap Bella dengan tidak mengalihkan perhatian dari lembar halaman novel yang sedang dibacanya.
Sebenarnya Bella sedang menyembunyikan perasaan bahagianya, ia hanya tidak ingin terlihat senang dihadapan Arneta, atau siapapun. Bella terlalu risih bila orang lain tahu apa yang sedang dirasakannya. Jadi ia lebih baik menyimpannya sendiri, dan seakan tidak peduli dengan orang lain. Karena kalau Bella boleh jujur, ia senang bertemu dengan Christian. Ada getaran aneh yang dirasakannya saat bertemu dengannya. Sesuatu yang pertama kali terjadi di dalam hidupnya, Bella mulai memperhatikan laki-laki.
“Kapan terakhir kamu punya pacar?” Arneta memperhatikan wajah Bella dengan selidik.
Bella meletakkan bukunya, mulai menaruh perhatian kepada Arneta yang mulai mengganggu saat santainya.
“Aku belum pernah punya pacar.”
“Jadi Chris yang pertama?”
“Apa itu penting?” Bella beranjak dari kursi, berjalan mendekati jendela besar di ruang keluarga rumahnya. Ia melihat halaman belakang dan Martina terlihat sedang berkebun, menata beberapa tanaman dibantu seorang tukang kebun.
Arneta sepertinya lelah melihat respon yang dilihatnya dari Bella. “Baiklah, tapi jangan menyesal kalau Chris tidak jadi datang ke rumah.”
“Dia mempunyai pilihan.” Sahut Bella datar.
“Ya ampun Bella, ini kesempatan untuk dekat sama dia. Jarang lho Chris seperti ini sama cewek lain.”
Bella menoleh ke arah Arneta. “Sepertinya kamu cukup mengenalnya.”
Arneta menaikkan kedua alisnya.“Tentu saja, dia teman Adit. Aku sering bertemu dengannya, dan dia sedikit bercerita tentang gadis yang disukainya.”
Bella terdiam, mulai memikirkan kata-kata Arneta. ”Jadi menurutmu, aku harus bagaimana?”
Arneta tersenyum lebar, meninggalkan tempat duduknya untuk menghampiri Bella. “Chris orangnya baik kok, kamu pasti suka sama dia.” lalu merangkul bahunya.”Kamu harus mulai keluar dari zona nyaman, pergilah jalan-jalan atau makan malam dengan Chris. Tidak usah terburu-buru, santai saja...”
Bella menarik napas.”Baiklah-baiklah, jadi, apa yang harus aku siapkan untuk malam minggu ini?”
Arneta tersenyum “Serahkan padaku.”