BUKAN CERITA CINDERELLA

memia
Chapter #13

TEMPAT ASING DAN ORANG BARU

Bella terbangun, membuka matanya perlahan ketika dirasakannya getaran tempat ia tertidur melambat. Setelah kesadarannya sempurna, truk yang membawanya berhenti, dan Bella harus segera berpikir untuk mengambil tindakan. Yang Bella tahu, ia harus segera keluar sebelum diketahui orang-orang dan di interogasi sebagai penumpang gelap.

Dengan rasa gelisah yang datang lagi, Bella kembali dilanda kebingungan. Dia belum tahu, kemana truk ini membawanya pergi. Sekujur tubuhnya terasa nyeri dan kepalanya pening, ia menemukan lebam dan memar mulai muncul di tangan dan kakinya. Ketika meraba wajahnya, pipinya yang bengkak terasa sakit begitu dia menyentuhnya. Begitu juga dengan matanya yang membiru akibat pukulan dan kelelahan. Badannya terasa lebih hangat, sepertinya ia demam.

Sebelum sopir atau kenek truk menemukannya di bak belakang, Bella menyibak terpal paling ujung lalu menaiki pintu bak truk dan melompat dengan cepat. Dia masih lemah sehingga tidak mendarat sempurna di atas tanah yang basah berlumpur ketika meloncat keluar.

kepala Bella menoleh ketika pintu di bagian depan mobil terdengar terbuka, dan langkah kaki mulai mendekatinya. Dengan memegang lengannya yang sakit karena dipakai menahan bobot tubuhnya, Bella berusaha berdiri dan lari sebelum orang itu sampai di belakang truk.

Ia berhasil bersembunyi di balik tembok kios yang tutup. Rupanya tempat berhentinya truk itu adalah sebuah pasar tradisional, dengan kios-kios kecil yang dindingnya terbuat dari bambu yang berderet memanjang..

Hari mungkin beranjak sore, karena suasana di tempat itu tidak terlalu ramai dan tidak semuanya kios-kios itu buka. Entahlah Bella tidak bisa melihat waktu.

Dengan rambutnya yang sudah memendek sebatas leher yang kusut dan acak-acakan, serta baju, celana dan sepatunya yang kotor terkena lumpur, membuatnya terlihat dekil serta kumal. Sebagian wajahnya yang tertupi sisa lumpur ketika ia terjatuh saat melompat dari truk, mulai mengering, membuatnya seperti orang gila yang tersesat.  

Dengan bingung dia memperhatikan tempat di sekitarnya yang tidak terlalu luas, mungkin hanya seluas lapangan basket di kampusnya. Dia bersandar di pintu kios yang tertutup, dengan pikiran yang menerka-nerka. Dimanakah ini?  

Beberapa orang lalu lalang di sekitarnya, ada yang memperhatikannya, ada juga yang lewat begitu saja tanpa peduli padanya.

Dia meremas perutnya yang terasa sakit dan melilit. Kepalanya terasa pusing, dia berjongkok sambil memegangi kepalanya. Pikirannya melayang dengan kejadian-kejadian yang baru saja dialaminya. Ini bukan mimpi kan? Ini nyata.

Ketika Anya, Arneta dan Martina muncul dalam pikirannya. Seketika wajahnya mengeras dengan tangannya yang mengepal kuat.

Bajingan!

Rutuknya dalam hati, dadanya bergemuruh kencang. Demi apapun dia akan membalas semua perbuatan ketiga perempuan iblis itu. Dan papanya, dia ingin mendengar kabarnya lagi. Tapi bagaimana caranya.

Bella terkejut ketika ada yang menyentuh bahunya. Seorang ibu yang menatapnya kasihan.

“Nak, kamu nggak apa-apa?”

Tapi Bella melihatnya seperti sosok Martina, yang lembut tapi menyeramkan. Maka dia lari menjauhi wanita paruh baya itu yang hanya melihatnya heran.

Beberapa kali dia menabrak orang-orang yang dilewatinya. Menimbulkan decakan kesal dari orang-orang itu. Bella tidak peduli, dia terus berlari menjauhi tempat ramai itu. Saat ini pikirannya masih kalut, masih kacau dengan kejadian yang dialaminya.

Lihat selengkapnya