Hari sudah hampir menuju siang, Bella dibuat heran karena ada seseorang yang mengunjungi rumah Arga. Ia pikir, Arin dan Arga benar-benar tidak mempunyai teman atau tetangga yang bisa datang seperti perempuan berambut panjang yang masih berdiri di luar pagar ini.
Bella yang sedang siap-siap pergi bersama Arga untuk kembali berlatih, melihat Arin menghampirinya dengan sumringah.
“Hei kak Widi. Di Arena kemarin kakak nggak kelihatan?”
Perempuan yang menurut Bella seusia Arga itu tersenyum. “Aku pergi ke kota untuk menemui seseorang. Arga dimana?”
Widi melihat ke dalam rumah dan menemukan Bella yang sedang duduk menunggu.
“Hei, siapa dia?” Widi menyenggol bahu Arin. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam rumah.
“Ini kak Bella, temannya kak Arga.”
“Oh...” Widi memperhatikan Bella dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Dan Bella menerima uluran tangannya dengan menyebut namanya.
Arga muncul dari kamar, melihat Widi berada diantara Arin dan Bella.
“Hei Wid.” Ia menoleh kepada Bella. “Kamu harus tahu, Widi adalah seorang petarung wanita yang hebat, dengan tangannya dia bisa meremukkan wajahmu.”
Widi terkekeh. “Berlebihan, aku tidak sehebat itu. Kamu mau pergi?"
Arga mengangguk.
"Kak Arga dan kak Bella mau berlatih untuk Arena." sahut Arin kepada Widi.
Widi hanya mengangguk, sambil terus memperhatikan Arga dan Bella yang keluar rumah.
Bella tidak bertanya lagi tentang Widi, saat ini ia hanya ingin fokus pada latihannya. Meskipun Arga kembali menyebalkan dengan menyuruhnya melakukan pekerjaan berat. Mereka berlatih di tempat tidak jauh dari rumah. Sebuah tanah lapang yang cukup luas, dengan rumput hijau yang melindungi kaki dari tanah merah.
“Beladiri itu naluri, bukan hanya teknik, kamu harus mengenali kemampuan sendiri untuk menjadi kuat.” Arga memasang hand wrap di kedua tangan Bella.
Dan yang menjadi teman berlatih Bella adalah batang pohon pisang. Bella sempat protes, tapi akhirnya ia menurut daripada menggunakan pohon pinus yang pasti akan membuat buku-buku tangannya lecet. Kata Arga, samsak kepunyaannya rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
“Kamu harus bisa memanfaatkan kelemahan lawan dan mengalahkan amarahmu sendiri.”
Bella mendengarkan, ia seperti mendapat pelajaran baru selain dari pelatihnya dulu.
“Perhatikan juga titik lemah setiap tubuh manusia, rahang, ulu hati, leher belakang dan kepala bagian belakang."
Bella benar-benar melihat sosok yang berbeda dari Arga saat ini, meskipun wajahnya tetap saja datar dan dingin. Tapi ada nada serius setiap dia bicara. Membuat Bella bersemangat untuk belajar dari pemuda itu.
Baiklah, ia hanya perlu fokus dan mendengarkan apa yang diajarkan Arga.
Menjelang malam, Bella dan Arga baru kembali ke rumah. Setelah membersihkan tubuh, mereka bergabung bersama Arin di meja makan.